Wednesday, 25 November 2015

Pengakuan Pengusaha Israel Berbisnis di Indonesia

 
"Ketika aku berada di sana dan bertemu dengan pengusaha swasta, semuanya terlihat normal,"
Dream - Kabar mengejutkan transaksi perdagangan diam-diam Israel dan dua negara muslim Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia, mencuat di media. Padahal kedua negara tersebut secara tegas menyatakan dukungannya pada Palestina dan belum memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Klaim dari Israel tersebut diperkuat dengan pengakuan seorang penguasa Israel yang pernah ke Malaysia, Ron Doron. "Ketika aku berada di sana dan bertemu dengan pengusaha swasta, semuanya terlihat normal," kata Doron seperti dikutip Dream dari laman timesofisrael.com, Jumat, 19 September 2014.
Doron mengklaim para pengusaha, khususnya di Malaysia, selama ini lebih takut pada tekanan dari pemerintah. Negeri Jiran ini memang aktif menyuarakan sentimen anti-Israel tapi paspor pelaku bisnis asal Israel dibiarkan bebas keluar masuk. Padahal di paspor itu jelas tertulis keterangan 'Paspor ini berlaku untuk semua negara kecuali Israel’.
Pembatasan seperti itu tidak menghentikan perdagangan dengan Israel. Bahan kimia, peralatan medis dan obat-obatan adalah beberapa produk yang paling dicari pebisnis negara muslim. Pengusaha atau wakil pemerintah yang mengimpor barang dari Israel akan menghapus label yang bisa mengungkapkan asal pembuatan barang tersebut.
Langkah senyap ini sengaja dilakukan untuk menghindari kegemparan seperti yang terjadi di Kuwait pada bulan Januari lalu. Saat itu beredar gosip bahwa kentang impor dari Israel terlihat dijual di supermarket-supermarket lokal.
Sementara, Emanuel Shahaf, wakil ketua Kamar Dagang Israel-Indonesia mengungkapkan ada dua kecenderungan yang saling bertentangan dalam menjalin bisnis dengan pebisnis Indonesia. Kecenderungan pro adalah bahwa Indonesia membutuhkan produk berteknologi tinggi. Kecenderungan negatif adalah situasi politik di Indonesia tidak membaik (bagi Israel).
"Meski begitu, hal ini tidak selalu menekan perdagangan," kata Shahaf. "Kadang-kadang di Indonesia, yang terlarang justru lebih menarik."
Perkembangan politik terkini memang tidak menjanjikan. Tapi kemungkinan perdagangan dengan negara-negara Islam terus berlanjut, meskipun pembicaraan perdamaian Israel-Palestina yang diprakarsai AS pada April lalu tidak membuahkan hasil. Pun permusuhan baru dengan Hamas pada Agustus lalu tidak akan menyebabkan perdagangan mengalami kemerosotan. Perdagangan bahkan terus tumbuh setelah perang terakhir di Gaza pada tahun 2012.
Ketegangan politik sering menyebabkan penandatanganan kontrak dan perjanjian bisnis jadi mental akibat terlalu melibatkan ego. "Perusahaan Israel biasanya tidak memiliki kesabaran untuk melakukan bisnis jangka panjang," kata Doron.
"Itu salah satu kelemahan bagi perusahaan Israel. Untuk kawasan Asia, Anda harus melihat bisnis jangka panjang. Anda tidak dapat melakukan bisnis untuk jangka pendek. Dibutuhkan waktu untuk membangun hubungan dan kepercayaan diri."

Tuesday, 24 November 2015

Ubah 3 Hal Ini, Anak Akan Patuh pada Anda



Setiap manusia memiliki watak yang berbeda-beda. Ada yang lembut, ada juga yang keras. Namun sebagai orang tua tidak harus mencari berbagai alasan ataupun marah, berteriak dan berdebat dengan putra-putri anda yang aktif, cerdas dan pandai berkilah. Karena orang tua yang bijak cukup hannya mengulangi perintahnya dengan lembut, ramah dan tenang.
Semua hal yang belum diketahui oleh buah hati Anda tentang apa itu kewajiban menaati kedua orang tuanya adalah sesuatu yang wajar. Maka Anda harus sabar menghadapinya karena bisa jadi sikap yang kita anggap membangkang karena anak tidak melaksanakan perintah Anda adalah karena mereka tidak faham dengan maksud anda.
Berdasarkan pengalaman, ada beberapa faktor yang membuat anak Anda tidak patuh pada perintah Anda;

Cara memberi perintah

Perintah yang mengambang membuat anak tidak tahu maksud yang anda inginkan. Misalnya perkataan anda pada anak, “Bereskan kamarmu, jadilah anak yang sopan dan jangan nakal”. Contoh seperti itu adalah perintah yang mengambang dan tidak definitif. Anak tidak faham dengan maksud kata sopan dan nakal. Itu yang membuat anak anda terkesan nakal dan membangkan di mata Anda.
Oleh karena itu perintah anda harus definitif. Misal, apabila Anda memerintah untuk membereskan kamar maka Anda bisa membagi tugas-tugas tersebut menjadi tugas kecil. Misal, “rapikan tempat tidurmu, sapu lantai kamarmu”. Dan begitu juga ketika Anda meminta anak anda untuk bersikap sopan dan tidak nakal maka anda juga harus mendeskripsikan kata sopan dan nakal karena anak anda tidak memahami itu. Misal, ketika anda mengajak anak anda bertamu tiba-tiba ia lari-lari di ruang tamu dan tidak sengaja menabrak kursi yang ada di sana. Maka jangan katakan “yang sopan nak, jangan nakal”. Tapi katakan kepadanya, “silakan duduk dengan tenang”.

Tidak menyadari perintah Anda

Terkadang pada saat Anda berbicara pada buah hati Anda, mereka tidak menaruh perhatian pada Anda. Misalnya, Anda berbicara pada anak yang sedang asyik makan, sedang asyik bermain, atau menyimak, dan lain-lain. Dalam kondisi seperti ini, anak Anda sedang sibuk dan kesadarannya tidak tertuju pada Anda tetapi mereka sedang fokus dengan apa yang sedang dikerjakannya. Pada saat itu ia tidak akan mendengarkan ucapan Anda dan pasti akan menganggap anak Anda membangkang.
Saat anak Anda sedang sibuk sebaiknya Anda menasehatinya berulang-ulang dan tanyakan padanya apakah ia tahu bahwa Anda sedang berbicara padanya. Kalau anak masih belum menyadari ucapan atau maksud Anda, maka sentuhlah ia dengan tangan lembut agar ia menatap Anda, kemudian mintalah sekali lagi tanpa emosi dan berteriak.

Waktu yang tidak tepat

Terkadang Anda meminta sesuatu kepada anak Anda untuk melakukan apa yang Anda perintahkan dengan segera. Tetapi mereka dalam kondisi yang tidak menginginkan untuk melakukan hal itu sehingga ia menundanya. Dan terkadang ia pun menolaknya. Misalkan, ketika anak Anda ada masalah dengan temannya lalu Anda menyuruhnya untuk meminta maaf dengan segera, dan ia tidak mau. Lalu anda mengulangi permintaan Anda dan terus memotivasinya tetapi anak Anda masih enggan. Sudah pasti pada saat itu Anda akan mengatakan bahwa anak tidak patuh dengan perintah Anda. Padahal penolakan anak Anda adalah karena ia masih butuh waktu agar bisa menerima keadaan dan akan melaksanakan perintah Anda.
Kalau Anda ingin buah hati bisa melakukan semua yang Anda instruksikan kuncinya hanyalah sabar dan menunggu ia siap untuk melakukannya. [Umahatun Fauziyah/

Mahar yang Paling Barakah


Hari ini, seorang artis ditanya apakah ia ingin menikah lagi setelah bercerai. Ia menjawab mau tapi dengan syarat maharnya lima miliar rupiah.
Mahar. Dalam beberapa hadits, ia dikaitkan dengan keberkahan pernikahan dan keberkahan seorang istri. Bahwa pernikahan yang paling barakah adalah yang paling mudah maharnya. Pun istri yang barakah adalah yang paling mudah maharnya.

إِنَّ أَعْظَمَ النِّكَاحِ بَرَكَةً أَيْسَرُهُ مُؤْنَةً

“Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya” (HR. Ahmad)

مِنْ يُمْنِ الْمَرْأَةِ تَيْسِيرَ خِطْبَتِهَا وَتَيْسِيرَ صَدَاقِهَا وَتَيْسِيرَ رَحِمِهَا

“Sesungguhnya di antara tanda keberkahan istri adalah mudah meminangnya dan mudah/ringan maharnya serta mudah rahimnya” (HR. Ahmad; hasan)
Mudah maharnya bukan berarti harus murah. Misalnya seperti yang sering terjadi di desa, mahar 100 ribu rupiah. Tidak harus seperti itu. Sebab dalam praktiknya, seperti diriwayatkan Aisyah radhiyallahu ‘anha, mahar Rasulullah kepada para istri beliau rata-rata sebesar 12,5 uqiyah. Kalau diuangkan di zaman sekarang sekitar Rp 100 juta. Namun tidak sedikit pula sahabat beliau yang menikah dengan mahar yang relatif murah. Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu sewaktu menikah di Madinah, maharnya adalah emas seberat sebuah biji. Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu sewaktu menikah dengan Fatimah radhiyallahu ‘anha, maharnya adalah baju besi. Bahkan ada sahabat yang maharnya adalah sepasang sandal, ada pula yang maharnya hanya sebuah cincin besi.
Jadi mahar itu intinya yang diridhai istri. Sedangkan mudah adalah yang sesuai dengan kemampuan calon suaminya serta tidak sulit untuk mencarikannya. Sebab ada yang maharnya tidak semahal mahar sahabat tetapi sulit mencarinya. Misalnya uang tunai 31.122.014 rupiah karena nikahnya pada tanggal 31 Desember 2014.
Jika kita lihat maharnya para sahabat, baik yang mahal maupun yang murah, semuanya mudah. Tidak ada yang sampai mempersulit diri. Yang maharnya ratusan dirham, ternyata mahar itu mudah bagi calon suaminya. Dan sering kali Rasulullah mempermudah mahar pernikahan sahabat beliau dengan mengatakan kepada calon suami “berikanlah suatu mahar untuk istrimu” lalu sahabat tersebut menjawab, “aku tidak punya apa-apa”. Lantas Rasulullah memberikan solusi yang mudah bagi sahabat tersebut. Dengan menyarankan apa yang ia miliki sebagai mahar. Entah itu baju besi. Bahkan kalau tidak punya sesuatu akhirnya maharnya cincin besi atau mengajarkan hafalan Al Qur’an.
Jadi untuk para calon istri, mudahkanlah maharmu. Insya Allah barakah pernikahanmu. [Muchlisin BK/IKB]

"Kembali" Dengan Cinta | Wasiat Politisi PDIP Untuk Dimakamkan Diantar Ambulan PKS


"Kembali" Dengan Cinta

Oleh Ustadz Hatta Syamsuddin*

Hari ini mendapat berita yang unik sekaligus mengharukan. Seorang politikus, anggota dewan sebuah partai nasionalis meninggal dan dimakamkan dengan diantar mobil layanan PKS. Unik, karena partai tempat sang politikus beraktifitas selama ini juga dikenal mempunyai beberapa mobil layanan sejenis, mengapa tidak digunakan untuk mengantarkan salah satu kader terbaiknya? Mengharukan, karena ternyata almarhum berwasiat khusus sebelum meninggal, agar dimakamkan dengan diantar mobil layanan PKS, bukan yang lainnya.

Tentu hal ini menjadikan sebagian pelayat yang hadir mengernyitkan dahi dan bertanya-tanya. Mengingat sejarahnya partai nasionalis tersebut hampir selalu menjadi “lawan politik” PKS dibeberapa kesempatan, dari pemilu, pilpres hingga pilkada. Perbedaan ideologis yang diusung kedua partai tersebut pun kerap menjadikan massa akar rumputnya seolah selalu berhadap-hadapan, baik di dunia nyata, apalagi di dunia maya.

Ternyata kejadian mengharukan diatas bukanlah hal sederhana, kita bisa menjadikannya sebagai inspirasi sekaligus mengambil pelajaran. Kejadian yang bermula dari ‘wasiat’ di atas mengantarkan saya pada kenangan sosok Buya Hamka. Politisi, ulama sekaligus sastrawan muslim ini ternyata beberapa kali juga mendapatkan wasiat yang serupa dari musuh-musuh politiknya.

Yang pertama adalah Bung Karno, yang saat itu memaksakan ideologi nasakomnya, Buya Hamka turut menjadi korban. Beliau dipenjarakan oleh pemerintahan orde lama sepanjang 2 tahun 4 bulan dengan tuduhan subversif. Bukan itu saja, bahkan karya-karyanya juga ditarik dari peredaran. Buya Hamka menggunakan waktunya di tahanan untuk menyelesaikan kitab Tafsir Al Azhar yang monumental.

Roda zaman berputar. Hamka bebas dari penjara sementara Bung Karno kehilangan kekuasaannya, mulai diasingkan dan jatuh sakit-sakitan. Lama tak ada komunikasi antara keduanya. Hingga pada Juni 1970 Bung Karno menyampaikan pesan ke Buya Hamka melalui Mayjen Soeryo sang ajudan, yang berbunyi “Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku..”. Pesan itu diterima Buya Hamka bersaman dengan wafatnya Bung Karno. Maka ia segera berangkat untuk melihat jenazah Bung Karno dan kemudian menjadi imam sholat jenazahnya. Beberapa pelayat yang hadir tak kuasa menahan air mata menyaksikan momentum mengharukan tersebut. Permusuhan dan kebencian ada batasnya.

Sosok lain yang tak kalah keras pertentangannya dengan Buya Hamka adalah Muhammad Yamin. Meskipun sama-sama berasal dari Sumatera Barat, namun diantara keduanya terjadi pertentangan dalam masalah ideologi perjuangan. Pertentangan ini kerap muncul dan meledak dalam sidang-sidang Majlis Konstutiante. Buya Hamka yang berasal dari Masyumi kokoh dan teguh memperjuangkan Islam sebagai dasar bernegara, sementara Muhammad Yamin dari PNI adalah seorang nasionalis yang cenderung sekuler. Kebenciannya kepada Buya Hamka begitu terasa dan diketahui banyak orang karena diulang-ulang oleh Muhammad Yamin dalam berbagai kesempatan berbicara dan berpidato.

Tapi kebencian dan permusuhan itu ada batasnya. Tahun 1962 Muhammad Yamin jatuh sakit dan dirawat di RSPAD selama beberapa hari terus bertambah parah, hingga kemudian menyuruh Chairul Shaleh untuk menyampaikan pesannya kepada Buya Hamka. Pesan itu berisi "Bila saya wafat, tolong Hamka bersedia menemani di saat-saat akhir hidupku dan ikut mengantar jenazahku ke kampung halamanku di Talawi." Chaerul Saleh juga menambahkan bahwa, Yamin khawatir, masyarakat Talawi, Sumatera Barat, tempatnya berasal, tidak berkenan menerima jenazahnya.

Mendengar hal tersebut, Hamka segera menemui Yamin yang tergolek lemah. Takdir Allah indah menggoreskan Hamka menemani Yamin disaat-saat akhirnya, dengan kedua tangan berjabat erat, bahkan Hamka masih sempat melantunkan Al Fatihah dan kalimat tauhid dengan lembut di telinga Yamin. Hamka pun menunaikan janji dengan mengantarkan Yamin ke tempat peristirahatannya terakhir di Talawi.

Dua kejadian di atas menggoreskan pertanyaan dalam hati? Hal apakah yang kiranya menggerakkan hati yang lama berjauhan bahkan bermusuhan untuk bersatu mendekat penuh harap? Saya tidak melihat kecuali keistiqomah, kejujuran dan ketulusan Buya Hamka dalam memperjuangkan dan mengamalkan syariat Islam lah yang menjadikan hati-hati yang dulu begitu membenci, memusuhi dan menentang, dalam akhir hidupnya harus mengakui dengan jujur bahwa Hamka dengan ideologi Islamnya lah yang layak menjadi teman menuju peristirahan terakhir.

Hari-hari ini begitu banyak para pembenci dan penentang dakwah Islam, memusuhi tanpa henti siang dan malam, baik dengan tusukan jari jemari di dunia maya maupun lirikan sinis yang terpendam saat berpapasan. Jika para aktifis dakwah bisa mencontoh Buya Hamka yang terus istiqomah dengan ketulusan, kejujuran, dalam memperjuangkan apa yang diyakininya, maka insya Allah benih-benih permusuhan itu tidak akan abadi. Tanpa perlu harus menunggu di ujung usia, bisa jadi cinta akan menggantikan kebencian.

Sebagaimana Pramodya Ananta Toer yang sudah kenyang memusuhi Hamka pada masa "Prahara Budaya" di orde lama. Ternyata saat akan menikahkan putrinya dengan seorang pria Tionghoa non muslim, ia meminta calon menantu untuk masuk Islam dan belajar Islam terlebih dahulu pada Buya Hamka. Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal tersebut, dengan tegas Pramudya menyampaikan "Saya lebih mantap mengirim calon menantuku untuk diislamkan dan belajar agama pada Hamka, meski kami berbeda paham politik."

Sama dengan kisah Pramudya, saya sering mendengar testimoni tentang beberapa tokoh partai nasionalis di suatu daerah, dimana mereka dengan rela dan bangga berbondong-bondong menyekolahkan putra-putrinya di sekolah Islam yang dikelola oleh para aktifis dakwah. Dalam hal pendidikan terbaik, mereka mempercayakan tarbiyah Islam sebagai solusi.

Maka kebencian dan permusuhan itu pastilah akan tergerus dengan keistiqomahan dan ketulusan para aktifis dakwah, dan berganti dengan cinta. Sebuah cinta terhadap ajaran yang fitrah, yang jika tidak saat ini maka diujung masa akan banyak jiwa-jiwa yang kembali mendekat.

Sayup-sayup terdengar senandung di masa lalu:

“Cinta kan membawamu … kembali di sini,
menuai rindu, membasuh perih”

__
*Sumber: http://www.indonesiaoptimis.com/2015/11/kembali-dengan-cinta.html

Bagaimana Mengetahui Seseorang Masih ‘Perjaka’? Ini Hasil Studi Dokter Muslim


Perjaka yang dimaksud dalam tulisan ini bukan sekedar status belum menikah. Tetapi, benar-benar perjaka dalam artian belum pernah berhubungan badan dengan siapapun.
Ada sementara pendapat yang menyatakan terdapat tiga tanda seseorang sudah tidak perjaka lagi. Yakni kulit ‘dzakar’-nya lebih hitam daripada kulit tubuh lainnya, lebih sensitif geli ketika digelitik dan bagian lututnya berbunyi keras jika diketuk. Apakah pendapat itu bisa dipertanggungjawabkan?
“..Secara fisik sangat sulit (mengetahui seseorang masih perjaka) karena tidak ada perubahan khusus pada organ kelamin maupun bagian tubuh lainnya yang berubah setelah tidak perjaka lagi,” tulis dokter Abu Hana El Firdan dan dokter Ummu Hana El Firdan dalam buku Konsultasi Kehamilan secara Medis dan Islam, “Adapun pendapat yang mengatakan bahwa permukaan kulit penisnya menjadi lebih hitam dibanding kulit tubuh lainnya, suka gelian jika digelitik atau pada bagian lututnya adabila diketuk akan berbunyi keras sekali adalah mitos yang tidak bisa dibuktikan secara ilmiah.”
“Hanya kejujuran Anda yang dapat menjelaskannya,” simpul sepasang dokter tersebut.
Karena hanya kejujuran yang dapat menjelaskan, orang tua atau wali bagi seorang gadis muslimah patut memilih calon menantu yang ia percayai kejujuran dan akhlaknya. Sehingga ia benar-benar jujur dan tidak diragukan kejujurannya ketika menyatakan statusnya di surat nikah sebagai perjaka.
Dan inilah yang dinasehatkan Rasulullah kepada setiap orang tua; hendaklah yang pertama kali dilihat ketika ada yang melamar putrinya adalah agamanya.
إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَانْكِحُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوْا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيْرٌ.
“Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi; hasan lighairihi)
Dan untuk pemuda muslim, meskipun tidak ada tanda secara fisik untuk mengetahui keperjakaan seseorang, ingatlah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui. Jagalah kehormatan dan jangan dekati zina. Jika engkau menjaga diri, insya Allah, Allah pun akan memberikan istri yang menjaga kehormatan dirinya.

Sunday, 22 November 2015

Waktu dan Tanda Puber Kedua pada Pria


Para muslimah perlu tahu bahwa suatu saat suaminya bisa mengalami puber kedua. Apakah semua pria akan mengalami puber kedua? Pada usia berapa dan apa saja tanda-tandanya?
Menurut pendapat para pakar, puber kedua pasti akan dialami oleh seluruh pria. Dalam buku Menyikapi Tingkah Laku Suami karya Muhammad Abdul Ghoffar, disebutkan bahwa puber kedua pria terjadi pada usia 35 – 45 tahun. Sedangkan menurut banyak referensi lain, puber kedua pria terjadi pada usia kisaran 40 tahun. Hampir sama. Dan ini mengingatkan kita pada firman Allah yang secara khusus memberi perhatian pada usia 40 tahun sebagai usia dewasa.

حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

…sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat mengerjakan amal yang shalih yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu dan sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri” (QS. Al Ahqaf: 15)
Lalu, apa tanda puber kedua pada pria ini? Sedikitnya ada enam tanda puber kedua. Tiga tanda pertama adalah tanda-tanda secara fisiologis. Sedangkan tiga tanda berikutnya adalah tanda-tanda secara psikologis.

1. Adanya rambut tambahan

Ketika seorang pria mengalami puber kedua, umumnya disertai dengan adanya rambut tambahan yang lebih lebat dan panjang. Rambut ini bisa tumbuh di punggung,termasuk juga semakin lebat dan panjangnya rambut di hidung dan telinga.

2. Pertumbuhan fisik

Puber kedua umumnya juga disertai dengan pertumbuhan fisik secara cepat yang membuat bagian tubuh tertentu tidak tumbuh secara proporsional.

3. Perubahan suara

Meskipun pada puber pertama saat remaja suara telah berubah menjadi lebih besar, pada puber kedua juga akan kembali mengalami perubahan suara menjadi lebih dalam.

Ingin menjadi istri disayang suami, lakukan 5 langkah ini !!!!


Dalam membina hubungan rumah tangga, semua orang pasti menginginkan kehidupan yang bahagia dan harmonis. Terlebih seorang istri pasti ingin suaminya selalu memperhatikannya dan mencintainya sepenuh hati. Dan hal ini tidak akan terjadi begitu saja atau kebetulan semata.
Sebagai seorang istri harus melakukan banyak hal untuk bisa menjadikan hubungannya semakin harmonis dengan suaminya. ada beberapa tips yang bisa dilakukan seorang istri agar suami makin cinta dan sayang padanya:

1. Ta’at dan patuh pada suami

Sebagai seorang istri, kita wajib taat pada suami kita. Karena murka suami adalah murka Allah. Selama perintah suami tidak menyimpang dari ajaran agama maka kita wajib patuh padanya.
Sebagaimana dijelaskan dalam suatu riwayat dari Al-Bazzar dan Ath-Thabrani bahwa seorang wanita pernah datang pada Rasulullah SAW lalu berkata “Aku adalah utusan para wanita kepada engkau (untuk menannyakan) bahwa jihad telah diwajibkan Allah kepada kaum laki laki, jika menang mereka diberi pahala, dan jika terbunuhpun juga tetap mendapatkan pahala dari Rabbnya. Tetapi kami kaum wanita yang membantu mereka pahala apa yang kami dapat?” Nabi menjawab “Sampaikanlah pada wanita yang engkau jumpai bahwa taat pada suami dan mengakui haknya itu sama dengan pahala jihad di jalan Allah, tetapi sedikit sekali yang melakukannya.”
Dari pernyataan ini sungguh sangat mudah sekali para wanita untuk mencari kebaikan. Cukup hanya dengan taat dan patuh pada suami tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga untuk ikut perang dengan membawa pedang atau tombak. Bukan hanya pahala yang kita dapat tapi suami juga akan semakin sayang dan cinta pada kita.

2. Menjaga kehormatan dan harta suami

Seorang istri harus pintar pintar menjaga kehormatan suami. Apa pun yang terjadi di antara keduanya adalah merupakan rahasia berdua antara suami dan istri. Dan jika itu diceritakan sama halnya membuka aib rumah tangga. Kekurangan dan kelebihan keduannya saling melengkapi.
Istri juga harus bisa mengelola keuangan rumah tangga dengan baik. Agar bisa menjadi istri yang amanah dan tidak membelanjakan uang suami untuk hal hal yang tidak penting. Tidak menghamburkan uang suami untuk belanja yang berlebihan.
Firman Allah dalam Surat An Nisa’ ayat 34:
“Suami adalah pelindung bagi istri, karena Allah telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka para suami memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan perempuan yang sholihah adalah mereka yang taat pada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah menjaga mereka. Perempuan yang kamu kawatirkan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkan mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan kalau perlu pukul mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh Allah Maha Tinggi Maha Besar.”

3. Melepas suami dengan sikap kasih saat mau berangkat kerja

Ketika suami kita kerja, lepaskanlah ia dengan cinta kasih. Berusahalah untuk bisa menyiapkan keperluannya sebelum suami berangkat kerja, walaupun itu hannya minum atau makan untuk sarapan. Terlebih kalau pakaiannya telah disiapkan dimeja. Suami akan merasa senang dan lebih dihargai.
Dan ketika suami pulang kerja, sambutlah kedatangannya dengan salam hangat dan muka dengan senyum manis kemudian sapa ia dengan suara lembut anda untuk menyejukkan hatinya.

4. Menjaga perasaan suami

Dalam membina kehidupan berumah tangga. Kita sebagai seorang istri harus bisa memahami suami kita. Menjaga perasaannya karena ia adalah merupakan imam kita dalam keluarga. Mulai dari tutur kata kita saat berbicara sampai dengan penampilan kita saat bersama suami harus kita perhatikan. Berusahalah untuk selalu berpenampilan yang menarik hati suami.
Seorang istri tidak selayaknya menjelek-jelekkan suami, mengungkit-ungkit hal-hal yang bisa menyinggung hatinya. Membicarakan kekurangannnya kepada khalayak ramai. Karena istri harus bisa menjaga wibawah suami agar tercipta hubungan yang harmonis.

5. Pandai mengatur rumah tangga dengan baik

Manajemen rumah tangga yang baik akan membuat anggotanya senang dan bahagia. Seorang istri harus bisa mengatur tugas tugasnya dengan baik. Karena di samping jadi seorang istri ia juga seorang ibu. Dan pekerjaannya merupakan tugas yang sesuai dengan fitrah seorang wanita. Bahkan ini adalah merupakan tugas pokok yang harus dilaksanakan untuk mengupayakan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Tidak peduli istri itu seorang wanita karir atau bukan, ia harus bisa memposisikan dirinya sebagai seorang istri yang terbaik buat suaminya dan seorang ibu yang menjadi tauladan bagi buah hatinya. [Umahatun Fauziyah/Webmuslimah.com]

Friday, 20 November 2015

Suami-Istri, Inilah 3 Hal yang Menurut Para Ulama Salaf Tak Boleh Ditinggalkan


BAGI suami istri yang sah, berhubungan secara rutin, akan membuat kesehatan terjaga. kelezatan dan keceriaan jiwa akan sempurna, dan akan tercapai semua maksud yang telah diletakkan karenanya/untuknya.
Berhubungan pada dasarnya diletakkan untuk tiga perkara yang merupakan tujuan asalnya:
Pertama: menjaga keturunan, melestarikan makhluk jenis manusia sampai sempurnanya jumlah/bilangan yang telah ditentukan oleh Allah عزّوجلّ kemunculannya di alam semesta ini.
Kedua: mengeluarkan air mani/sperma, yang jika ditahan dan tidak dikeluarkan akan membawa kemudharatan bagi badan.
Ketiga: menyalurkan nafsu syahwat, dan mendapatkan kelezatan serta bersenang-senang dengan kenikmatan. Dan ini adalah satu-satunya faedah jima’ yang akan dijumpai di dalam surga, yang di sana tidak terdapat perolehan keturunan (maksudnya hubungan yang terus menerus tidak akan menyebabkan hamil, pent), dan tidak akan dijumpai tertahannya huhungan seksual karena selesainya hubungan tersebut dengan keluarnya sperma. Para ahli kedokteran memandang bahwa hubungan seksual merupakan salah satu sebab terjaganya kesehatan.
Jalinus berkata: “Mayoritas unsur sperma adalah gabungan antara dua unsur panas dan dingin. Dan percampurannya hangat lembab karena sperma diproses dari darah murni yang menyalurkan makanan bergizi ke seluruh anggota badan atau mengeluarkan yang tertahan darinya. Apabila sperma itu terus menerus tertahan tidak dikeluarkan, maka akan menyebabkan penyakit yang hina/rendah seperti was-was, gila, sakit kepala dan lain sebagainya. Dan terkadang akan menyebabkan terbebas dari penyakit-penyakit ini apabila banyak digunakan (sperma sering dikeluarkan melalui hubungan seksual yang dihalalkan oleh agama, yaitu dilakukannya dengan para istrinya).”
Akan tetapi apabila terlalu lama menahannya, maka akan merusak tubuh dan menjadi sebab utama munculnya penyakit-penyakit yang rendah dan hina sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu sperma akan keluar secara alami melalui mimpi jika jarang digunakan untuk berjima’/berhubungan seksual.
Sebagian Salaf berkata: “Setiap orang wajib melaksanakan tiga perkara untuk dirinya:
1. Tidak meninggalkan berjalan kaki dalam sehari sesuai kebutuhan yang ia tentukan untuk dirinya.
2. Seyogyanya tidak meninggalkan makan. Jika ia meninggalkan makan, lambungnya akan menyempit.
3. Hendaknya tidak meninggalkan hubungan seksual. Sebagaimana sumur, apabila airnya tidak diambil, rnaka airnya akan sirna/lenyap dengan sendirinya.”
Muhammad bin Zakariya berkata: “Barangsiapa meninggalkan hubungan seksual dalam jangka waktu yang sangat lama, kekuatan otot-ototnya akan melemah, salurannya akan tersumbat, dan kemaluannya akan mengkerut.”
la mengatakan: “Aku menjumpai sekelompok orang meninggalkan perkara ini dalam rangka menjalankan taqasysyuf (kehidupan yang meninggalkan kesenangan duniawi seperti hubungan seksual yang merupakan kesenangan duniawi yang tertinggi). Maka dinginlah badan-badan mereka, gerakan mereka menjadi sulit/lamban, dan pada mereka akan muncul rasa sedih tanpa sebab, dan pada akhirnya melemahlah syahwat mereka.” []
Sumber: Kitab Za’adul  Maad fi Hadyi Kharil ‘Ibaad Juz 4 karya Ibnu Qayyim

Berhubungan Ketika Istri Hamil, Bagaimana?


PEMENUHAN hasrat suami oleh istri, dan begitu juga sebaliknya, merupakan hal yang penting dalam sebuah pernikahan. Dengan menunaikan kebutuhan yang satu ini, maka masing-masing—terutama pihak suami—akan lebih mudah terjaga kehormatan dan kesuciannya. Namun bagaimana Islam memandang hubungan yang dilakukan ketika istri hamil?
Pada dasarnya, seorang suami diperbolehkan kapan saja untuk melakukan hubungan dengan istrinya, termasuk istri yang tengah hamil. Kecuali tentu saja jika hal itu bisa membahayakan dirinya atau janinnya maka haram bagi suami untuk melakukan sesuatu yang membahayakan istrinya.
Kemudian, jika dalam kondisi tidak membahayakan, hanya saja sangat memberatkan istrinya maka yang lebih baik adalah tidak melakukan hubungan. Karena tidak melakukan sesuatu yang memberatkan sang istri, merupakan bentuk pergaulan yang baik kepada istri. Allah berfirman:
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالمَعْرُوْفِ
“Pergaulilah istrimu dengan baik,” (QS. An-Nisa’ : 19)
Sedangkan yang diharamkan adalah seorang suami melakukan hubungan intim dengan istrinya ketika haid, nifas atau dengan seks lewat belakang. Apapun alasannya, perbuatan ini hukumnya haram. Karena itu, hendaknya seseorang menjauhinya dan melakukan apa yang Allah halalkan. Allahu alam bishawwab. []
Sumber: Fatawa Manaril Islam oleh Ibnu Utsaimin 2/551

Pakai Hijab Motif Bendera Negara, Muslimah AS Malah Dikritik


Seorang Muslimah Amerika Serikat membuat sensasi dengan menggunakan hijab bermotif bendera AS. Aksi itu dilakukan saat menjadi narasumber diskusi di program The Kelly File yang tayang di Fox News. 
Pada saat tayangan Rabu, 18 November 2015 itu, muslimah bernama Saba Ahmed itu mengatakan, pemakaian hijab bermotif bendera AS itu karena rasa patriotismenya.
"Saya bangga menjadi warga negara Amerika Serikat. Saya cinta dengan bendera ini. Itulah mengapa saya memakai bendera ini sebagai hijab," jelas perempuan yang juga menjabat sebagai Presiden Koalisi Muslim Republik ini.
Saba menambahkan, dengan menggunakan hijab bermotif bendera AS dirinya ingin menunjukkan Muslim Amerika juga memiliki sikap patriotisme.
"Kami ingin hidup dengan damai. Dan apa yang ISIS lakukan bukanlah representasi dari agama Islam. Kita seharusnya tidak menggeneralisir keburukan sedikit orang,"
Kedatangan Saba dalam acara itu sebetulnya untuk memberikan pendapat atas rencana kontroversial calon presiden Donald Trump. Calon presiden dari Partai Republik itu berencana akan menutup masjid yang terhubung dengan jaringan terorisme.
Meski begitu, berbagai komentar dari netizen pun terus mengalir atas tindakannya. Beberapa netizen mendukung apa yang dilakukan Saba.
"Hijab yang dikenakan Saba meruntuhkan Islamophobia di AS," tulis @Aneska Zharkov.
Tapi tak sedikit komentar yang mengkritiknya. Bahkan cenderung menyudutkannya.
"Ini bukanlah saatnya Muslim mengenakan hijab bermotif bendera AS. Waktunya tidak tepat," tulis Rebecca Boudreux.

(Ism, Sumber: nydailynews)

Kisah Wanita Tercantik Makkah dan 'Ubaid bin ‘Umair


Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah didalam kitabnya 'Raudhatul Muhibbin Wa Nuzhatul Musytaqin' mengisahkan:

Abul Faraj dan lain-lainnya telah meriwayatkan kisah berikut:

Dahulu di Makkah pernah ada seorang wanita cantik; dia telah bersuami. Pada suatu hari dia bercermin, lalu dia terkagum-kagum sendiri dengan kecantikannya. Maka berkatalah ia kepada suaminya: "Apakah engkau berpendapat ada seorang laki-laki yang melihat wajah ini tetapi tidak tergoda?" Suaminya menjawab: "Ya, ada". Ia bertanya, "Siapa Orangnya". Suaminya menjawab: "'Ubaid bin ‘Umair." Wanita itu berkata: "Kalau begitu izinkan saya untuk menggodanya." Suaminya menjawab: "Silahkan jika itu maumu."

Maka datanglah wanita itu untuk menjumpai ‘Ubaid bin ‘Umair seolah-olah hendak meminta fatwa kepadanya. Maka 'Ubaid berduaan dengan wanita itu disalah satu sudut Masjidil Haram dan wanita itu membuka cadar penutup wajahnya sehingga wajahnya nan cantik bak rembulan pada malam purnama terlihat oleh 'Ubaid. Melihat sikap wanita seperti demikian, 'Ubaid berkata kepadanya: "Wahai perempuan hamba Allah, tutuplah wajahmu!"

Wanita itu berkata: "Sesungguhnya aku sudah sejak lama menyukaimu."

‘Ubaid berkata: "Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu tentang sesuatu. Jika engkau menjawabnya dengan jujur, niscaya aku akan pertimbangkan usulanmu itu."

Wanita itu berkata: "Tidaklah sekali-kali engkau bertanya kepadaku tentang sesuatu, melainkan akun akan menjawabnya dengan sejujurnya berkata jujur kepadamu”.

‘Ubaid bertanya: ‘Jawablah aku, seandainya malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, apakah kamu tetap senang bila aku bersedia memenuhi permintaanmu itu?’ Ia menjawab: ’Demi Allah, tentu tidak.’ ‘Ubaid berkata: ‘Engkau benar.’

‘Ubaid bertanya lagi: ‘Seandainya engkau nanti dimasukkan ke dalam kuburmu dan didudukkan untuk dimintai pertanggungjawaban tentang perbuatanmu, apakah kamu tetap senang bila aku bersedia memenuhi permintaanmu itu?’ Ia menjawab: ‘’Demi Allah, tentu tidak.’ ‘Ubaid berkata: ‘Engkau benar.’

‘Ubaid kembali bertanya: ‘Seandainya tiba saat semua orang menerima buku catatan amalnya masing-masing, sementara engkau tidak tahu apakah nanti engkau akan menerima buku catatan amalmu dari sebelah kananmu ataukah dari sebelah kirimu, apakah kamu tetap senang bila aku penuhi permintaanmu itu?’ Ia menjawab: ‘’Demi Allah, tentu tidak.’ ‘Ubaid berkata: ‘Engkau benar.’

‘Ubaid bertanya: ‘Sekiranya engkau nanti akan menyeberangi sirath, sementara engkau tidak tahu apakah bakal selamat atau tidak, apakah engkau tetap senang bila aku penuhi permintaanmu itu? ’ Ia menjawab: ‘’Demi Allah, tentu tidak.’ ‘Ubaid berkata: ‘Engkau benar.’

‘Ubaid kembali bertanya: ‘Sekiranya nanti neraca amal perbuatan didatangkan dan engkau dihadapkan, sementara engkau tidak tahu apakah timbanganmu ringan ataukah berat, apakah engkau tetap senang bila aku penuhi permintaanmu itu? ’ Ia menjawab: ‘’Demi Allah, tentu tidak.’ ‘Ubaid berkata: ‘Engkau benar.’

‘Ubaid berkata: ‘Seandainya nanti kamu diberdirikan di hadapan Allah untuk dimintai pertanggungjawabanmu, apakah engkau masih tetap senang jika kupenuhi permintaanmu itu?’ Ia menjawab: ‘Demi Allah, tentu tidak.’ ‘Ubaid berkata: ‘Engkau benar.’

Akhirnya, ‘Ubaid berkata: ‘Bertaqwalah kamu kepada Allah. Sebenarnya Allah telah melimpahkan nikmat-Nya kepadamu dam memberimu banyak kebaikan.’

Maka kembalilah wanita itu kepada suaminya dan sang suami kini heran melihat keadaan istrinya yang tak lagi ceria berbinar-binar seperti biasanya. Lalu suaminya itu bertanya kepadanya: 'Kenapa kamu bersikap seperti itu?' Ia menjawab: 'Kamu orang pengangguran malas beramal. Bahkan, kita semua orang-orang pengangguran yang malas beramal.' Lalu ia sekarang tekun shalat, puasa sunnah, tahajud, dan ibadah-ibadah lainnya, sehingga membuat suaminya berkata: 'Apa salahku kepada 'Ubaid bin 'Umair sehingga dia membuat istriku bersikap sedemikian dingin kepadaku, padahal sebelum ini, setiap malam ia laksana pengantin, tetapi sekarang 'Ubaid telah membuatnya menjadi seperti seorang rahib wanita.'

___
Dikutip dari Kitab 'Raudhatul Muhibbin Wa Nuzhatul Musytaqin' (Taman Jatuh Cinta & Rekreasi Orang-orang Dimabuk Rindu), Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, terjemahan terbitan IBS, hal. 643-645

Monday, 16 November 2015

Cara Melawan Bisikan Setan


Saat manusia terjaga dan melakukan banyak aktivitas, setan senantiasa bersiap siaga untuk menggoda dan menjerumuskan kita. Ketika manusia rehat setelah seharian menjalankan berbagai aktivitas, setan pun bersiaga untuk menggoda kita sehingga lalai dari melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala.
Jika demikian, bagaimana cara melawan bisikan setan yang senantiasa dilancarkan bahkan saat kita sedang tertidur tanpa kesadaran?
“Cara melawan bisikan setan,” demikian ungkap Imam al-Harits al-Muhasibi, “adalah membandingkan agungnya nikmat akhirat dengan remehnya nikmat duniawi.” Hal ini akan membuat kita tersadar bahwa hidup hanyalah sementara dan hina, sedangkan akhirat adalah selamanya dan penuh kenikmatan tiada bandingnya.
Makanan, minuman, hiburan, syahwat, dan apa pun yang kita nikmati di dunia ini, ada batasannya. Seenak apa pun makanan dan minuman, ianya akan berhenti saat perut kita merasakan kenyang dan tidak bisa diisi lagi.
Senikmat apa pun pelampiasan syahwat, ianya akan berhenti saat mencapai puncak, tenaga terkuras, lalu lemah menghinggapi diri. Sedangkan hiburan, seseru dan seheboh apa pun, ianya akan sertamerta berhenti ketika kita merasa lelah, bosan, lalu tertidur.
Sedangkan akhirat, nikmatnya abadi. Makan, minum, hubungan suami-istri, dan hiburan; semuanya tanpa batas. Tidak ada buang air besar atau kecil, dan pengeluaran zat-zat menjijikkan lainnya. Semuanya akan menjadi keringat yang wangi bak minyak kasturi. Semua nikmat pun disediakan tanpa kesusahan untuk mendapatkannya.
Ianya digambarkan sebagai nikmat yang tidak pernah didengar, belum pernah dirasa, dan tiada pernah dibayangkan sebelumnya. Sempurna. Tiada cela, cacat, atau kekurangan.
Membiasakan diri memikirkan akhirat juga membuat kita abai terhadap dunia yang sementara. “Jika engkau terbiasa memikirkan akhirat,” demikian nasihat Imam al-Harits al-Muhasibi, “niscaya Allah Ta’ala akan mengganti keinginan untuk bermaksiat dengan indahnya ibadah dan harapan pahala di akhirat.”
Jiwa hanya diisi oleh satu di antara dua hal; baik atau buruk. Jiwa-jiwa yang suci tidak akan pernah tertarik dengan segala sesuatu yang hina. Hati yang sibuk dengan dzikir, ibadah, dan memikirkan akhirat serta berupaya sekuat tenaga untuk menggapainya, ia tidak akan pernah melirik, tertarik, apalagi berhasrat dengan maksiat yang berdosa, hina, dan menjijikkan.
Semoga Allah Ta’ala menyibukkan kita dengan amalan akhirat, hingga setan tak kuasa menyentuh hati kita dengan bisikannya yang terkutuk. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]
Saat manusia terjaga dan melakukan banyak aktivitas, setan senantiasa bersiap siaga untuk menggoda dan menjerumuskan kita. Ketika manusia rehat setelah seharian menjalankan berbagai aktivitas, setan pun bersiaga untuk menggoda kita sehingga lalai dari melakukan ibadah kepada Allah Ta’ala.
Jika demikian, bagaimana cara melawan bisikan setan yang senantiasa dilancarkan bahkan saat kita sedang tertidur tanpa kesadaran?
“Cara melawan bisikan setan,” demikian ungkap Imam al-Harits al-Muhasibi, “adalah membandingkan agungnya nikmat akhirat dengan remehnya nikmat duniawi.” Hal ini akan membuat kita tersadar bahwa hidup hanyalah sementara dan hina, sedangkan akhirat adalah selamanya dan penuh kenikmatan tiada bandingnya.
Makanan, minuman, hiburan, syahwat, dan apa pun yang kita nikmati di dunia ini, ada batasannya. Seenak apa pun makanan dan minuman, ianya akan berhenti saat perut kita merasakan kenyang dan tidak bisa diisi lagi.
Senikmat apa pun pelampiasan syahwat, ianya akan berhenti saat mencapai puncak, tenaga terkuras, lalu lemah menghinggapi diri. Sedangkan hiburan, seseru dan seheboh apa pun, ianya akan sertamerta berhenti ketika kita merasa lelah, bosan, lalu tertidur.
Sedangkan akhirat, nikmatnya abadi. Makan, minum, hubungan suami-istri, dan hiburan; semuanya tanpa batas. Tidak ada buang air besar atau kecil, dan pengeluaran zat-zat menjijikkan lainnya. Semuanya akan menjadi keringat yang wangi bak minyak kasturi. Semua nikmat pun disediakan tanpa kesusahan untuk mendapatkannya.
Ianya digambarkan sebagai nikmat yang tidak pernah didengar, belum pernah dirasa, dan tiada pernah dibayangkan sebelumnya. Sempurna. Tiada cela, cacat, atau kekurangan.
Membiasakan diri memikirkan akhirat juga membuat kita abai terhadap dunia yang sementara. “Jika engkau terbiasa memikirkan akhirat,” demikian nasihat Imam al-Harits al-Muhasibi, “niscaya Allah Ta’ala akan mengganti keinginan untuk bermaksiat dengan indahnya ibadah dan harapan pahala di akhirat.”
Jiwa hanya diisi oleh satu di antara dua hal; baik atau buruk. Jiwa-jiwa yang suci tidak akan pernah tertarik dengan segala sesuatu yang hina. Hati yang sibuk dengan dzikir, ibadah, dan memikirkan akhirat serta berupaya sekuat tenaga untuk menggapainya, ia tidak akan pernah melirik, tertarik, apalagi berhasrat dengan maksiat yang berdosa, hina, dan menjijikkan.
Semoga Allah Ta’ala menyibukkan kita dengan amalan akhirat, hingga setan tak kuasa menyentuh hati kita dengan bisikannya yang terkutuk. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah /IKB]

Setelah Serangan Paris, Gubernur-gubernur AS Tolak Pemukiman Pengungsi Suriah


GUBERNUR-gubernur Amerika Serikat menyatakan akan menolak pemukiman pengungsi Suriah setelah serangan mematikan Paris.
Setidaknya 16 gubernur negara bagian dari partai Republik sayap kanan mengatakan pada hari Senin (16/11/2015), bahwa mereka akan menolak pengungsi Suriah.
Dilansir Aljazeera, gubernur yang menolak di antaranya adalah gubernur dari Texas, Georgia, Ohio, Massachusetts, Alabama, Michigan, Louisiana, Indiana, Florida, Mississippi, Arizona, Illinois, North Carolina, Wisconsin dan Arkansas.
Pengumuman ini datang beberapa hari setelah serangkaian serangan di Perancis meninggalkan 129 tewas dan lebih dari 350 luka-luka.
Beberapa gubernur mengutip bahwa paspor Suriah ditemukan di dekat tubuh salah satu penyerang, yang tewas dalam insiden itu.
Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR), sebuah kelompok hak-hak sipil, menyatakan pengumuman gubernur ‘adalah indikasi dari tumbuhnya Islamophobia di antara penduduk di AS.(Islam Pos // IKB )

Hari Ini Elemen Pemuda dan Mahasiswa akan Demo Trans TV, Protes Penceramah Nur Maulana


HARI ini, gabungan pemuda dan elemen Islam akan menggelar aksi demonstrasi di Gedung Trans TV, Jakarta, guna memprotes komentar penceraman Nur Maulana.
“Karena belum juga ada langkah untuk membuat klarifikasi dan meminta maaf kepada umat, maka kami dari elemen-elemen dan ormas mahasiswa/pemuda seperti tersebut di atas, bermaksud akan menyambangi stasiun Trans-TV pada Selasa, 17 November 2015, pukul 10.30 WIB, untuk menggelar Aksi Protes dan meminta stasiun Trans-TV agar mengganti yang bersangkutan dengan sosok dai/penceramah yang lebih memiliki otoritas, berilmu dan berkompeten dalam menyampaikan nilai-nilai Islam,” ujar koordinator lapangan Dedi Hermanto kepada Islampos, Senin malam (16/11).
Selama ini, kata Dedi, banyak isi ceramah Nur Maulana tidak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah dan tidak melandasi pernyataannya dengan dasar Al-Qur’an dan Sunnah.
“Ceramah Nur Maulana cenderung lebih mengedepankan lucu-lucuannya ketimbang sungguh-sungguh menyampaikan Islam yang benar,” tukas Dedi.
Dedi pun menyayangkan sikap manajemen Trans TV yang tidak menggubris pernyataan sikap elemen pemuda dan mahasiswa. Karena, sikap acuh Trans TV itulah, mahasiswa dan pemuda akan menggelar aksi demontrasi di Trans TV.
Rencananya aksi ini akan dihadiri oleh Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Hima Al Washliyah. Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Jakarta.

ULAMA DALAM MEMBAGI WAKTU


Bagaimana ulama kita membagi waktu? Kami sengaja menyebutkan kali ini agar bisa menjadi contoh bagi kita saat ini yang benar-benar banyak melalaikan waktu. Bagi kita, detik demi detik terlewat begitu saja tanpa manfaat apa-apa.
Diceritakan oleh Sa’id Al-Hariri, para salaf ketika berada di waktu siang sibuk memenuhi hajat mereka, dan memperbaiki penghidupannya. Sedangkan di sore hari (waktu malam), mereka dalam keadaan beribadah dan shalat. (Hilyah Al-Auliya’, 6: 200)
Diceritakan oleh Shidqah, ia berkata, ‘Amr bin Dinar biasa membagi waktu malam menjadi tiga: sepertiga untuk tidur, sepertiga untuk berdiskusi, sepertiga untuk shalat malam. (Hilyah Al-Auliya’, 3: 348)
Tentang Sulaiman At-Taimiy diceritakan oleh Hamad bin Salamah, ia berkata, “Kami tidaklah mendatangi Sulaiman At-Taimi melainkan ia berada dalam keadaan ibadah pada Allah. Di waktu shalat, kami melihatnya berada dalam keadaan shalat. Di selain waktu shalat, kami mendapati beliau entah sedang berwudhu, mengunjungi orang sakit, mengurus jenazah, atau duduk di masjid. Seakan-akan kami menganggap beliau tidak pernah bermaksiat sama sekali.” (Hilyah Al-Auliya’, 3: 28)
Tentang Imam Syafi’i, Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala’ (10: 35) menyebutkan, Muhammad bin Bisyr Al-‘Akri dan selainnya berkata, telah bercerita pada kami Ar-Rabi’ bin Sulaiman, ia berkata, “Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur.” Imam Adz-Dzahabi menyebutkan, “Tiga aktivitas beliau ini diniatkan untuk ibadah.”
Memang …. Waktu begitu penting untuk dijaga. Al-Auza’i berkata, setiap detik yang terlewat di dunia akan ditampakkan pada hamba pada hari kiamat. Hari demi hari, waktu demi waktu, demikian. Jika satu detik tidak diisi dengan mengingat Allah, yang ada hanya kerugian belaka. Bagaimana lagi jika terlewat satu jam, satu hari, atau satu malam tanpa dzikrullah. (Hilyah Al-Auliya’, 6: 142)
Semoga contoh salaf di atas bisa menjadi tauladan terbaik. Wallahu waliyyut taufiq.

Pandangan Ulama: Menangis Membatalkan Shalat


Apakah menangis bisa membatalkan shalat? Kali ini kita lihat pandangan para ulama madzhab dalam masalah ini.
  • Ulama Hanafiyah berpandangan bahwa jika menangis dalam shalat dikarenakan sedih pada musibah, maka itu membatalkan shalat. Karena seperti itu dianggap sebagai kalam manusia (perkara di luar shalat, pen.). Namun jika karena mengingat surga dan takut pada neraka, shalatnya tidaklah batal. Seperti itu menunjukkan bertambahnya khusyu’. Sedangkan khusyu’ adalah ruh dari shalat.
  • Ulama Malikiyah berpandangan bahwa menangis dalam bisa jadi dengan suara atau tanpa suara. Jika menangis tanpa suara, shalatnya tidak batal. Jika dengan suara, shalatnya batal. Sedangkan jika menangisnya dengan suara dan itu atas dasar pilihannya, shalatnya batal. Jika bukan atas pilihannya dan didasari karena sangat khusu’nya, shalatnya tidak batal walaupun banyak. Namun kalau bukan karena khusyu’nya, shalatnya batal.
  • Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa jika menangisnya keluar dua huruf, maka membatalkan shalat karena seperti itu meniadakan shalat. Meskipun ketika itu menangisnya karena takut akhirat. Ini pendapat yang paling kuat dalam madzhab Syafi’i, walau dalam madzhab sendiri ada yang menyelisihi pendapat tersebut.
  • Ulama Hambali berpendapat bahwa jika menangisnya terdiri dari dua huruf, itu muncul karena khasyah (rasa takut yang besar), atau bahkan sambil tersedu-sedu, tidaklah membatalkan shalat. Karena seperti karena terhanyut dalam dzikir. Begitu juga kalau seseorang tidak khusyu’ lalu menangis dalam shalat, shalatnya batal.
Demikian pandangan para ulama. Bahasan ini akan berlanjut lagi dengan melihat manakah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini dengan menimbang berbagai dalil. Semoga bermanfaat.

Referensi:

Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait. 8: 170-171.

Selesai disusun di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 2 Safar 1437 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Islam Sangat Memuliakan Wanita

Allah Swt telah menyeru hambaNya, baik laki-laki maupun wanita dalam kapasitas mereka sebagai manusia. Allah Swt berfirman:“Katakanlah, ‘Hai manusia sesungguhnya aku benar-benar utusan Allah untuk kamu semua…" (QS. Al-A’raaf[7]: 158).

“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat… “ (QS. Al Baqarah [2]: 43).
 
Semua seruan ini bersifat umum. Ini menunjukkan, bahwa syariat Islam diperuntukkan bagi seluruh manusia, baik laki-laki maupun wanita. Keumuman ini tetap pada keumumannya selama tidak ada dalil-dalil tertentu yang mengkhususkannya.
 
Akan tetapi, ada beberapa hukum yang dikhususkan untuk wanita dan tidak untuk laki-laki. Misalnya, wanita tidak boleh mengerjakan shalat pada saat datangnya haidh dan nifas. Contoh lain, Islam telah menetapkan bahwa kesaksian seorang wanita saja sudah cukup di dalam perkara-perkara yang urusannya tidak disaksikan kecuali oleh wanita, semisal masalah keperawanan dan penyusuan. Selain itu terdapat juga beberapa hukum yang khusus untuk laki-laki semisal kewajiban sholat Jumat.
 
Allah Swt berfirman: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzaariyaat [51]: 49).
 
Berpasang-pasangan dalam konteks laki-laki dan wanita di sini, bukan berarti satu pihak lebih diutamakan, sedangkan yang lain tidak. Akan tetapi, keduanya merupakan dua sisi yang saling melengkapi. Kedua-duanya diberi akal, naluri-naluri, dan kebutuhan jasmani. Masing-masing memiliki kemampuan untuk saling mempengaruhi, saling belajar mengajar, dan saling mendidik.
 
Allah Swt berfirman: “Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar Rahmaan [55]: 3-4)
 
Allah Swt telah menciptakan bentuk dan faal tubuh tertentu pada laki-laki dan wanita. Sehingga, laki-laki berbeda dari wanita dalam hal bentuk wajah, tubuh dan beberapa anggota tubuh.
 
Perbedaan-perbedaan semacam ini menuntut keduanya mendapat tugas-tugas tertentu dalam kehidupan yang berbeda satu dengan yang lain. Terlebih lagi, hal-hal yang di dalamnya terdapat perbedaan dalam hal pembentukan moral.
 
Oleh karena itu, menuntut kesetaraan pada keduanya (laki-laki dan perempuan) dalam semua hal, merupakan tindak kezaliman terhadap salah satu dari kedua belah pihak tersebut. Maha Suci Allah dari hal yang demikian. Karena ada perbedaan dalam pembentukannya, Allah telah memberi hukum syara’ khusus kepada masing-masing dari keduanya; dimana, satu dengan lainnya berbeda. Dalam hal ini Allah telah memposisikan wanita pada posisi yang sesuai dengan dirinya.
 
Allah telah memberi kekhususan bagi wanita dengan beberapa hal berikut:
 
Pertama, Islam telah memberikan tanggung jawab pengaturan rumah dan pendidikan anak kepada wanita. Sabda Rasulullah Saw: “…dan wanita adalah pengurus rumah suaminya dan anak-anaknya dan bertanggung jawab atas mereka semua.”
 
Kedua, Islam memberikan hak hadlanah (pengasuhan) terhadap anak-anak yang masih kecil kepada wanita, ketika ia berpisah dengan suaminya karena cerai, atau meninggal. Dalam keadaan seperti itu, sang suami ataupun keluarga suami wajib memberikan nafkah kepadanya.
 
Firman Allah Swt: “…Dan kewajiban ayah memberi makanan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.” (QS. Al Baqarah[2]: 233).

Ketiga, dalam rumah tangganya, wanita berhak untuk diberi nafkah oleh suaminya. Sabda Rasul Saw: “Dan bagi mereka (wanita) wajib atas kalian (suami) memberinya makan dan pakaian dengan cara yang ma’ruf.”

Keempat, seorang wanita berhak mendapatkan kehidupan yang tenteram dari suaminya. Firman Allah swt: “…dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang…” (QS. Ar Ruum [30]: 21).
 
Kelima, Allah telah melarang wanita menduduki jabatan-jabatan pemerintahan, seperti khalifah, wali (gubernur) ataupun Mahkamah Mazhaalim. Sabda Rasul Saw, “Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada kaum wanita.”

Keenam, Islam memberikan keringanan kepada wanita untuk tidak mengerjakan shalat dan puasa pada bulan Ramadhan ketika sedang haid atau nifas.

Ketujuh, Islam menerima kesaksian seorang wanita pada perkara-perkara yang tidak dapat diketahui kecuali oleh wanita saja seperti masalah keperawanan dan persusuan. Disamping itu Islam menuntut kesaksian dua orang wanita sebagai ganti dari satu orang laki-laki dalam persoalan muamalah dan uqubaat (hukuman/sanksi).

Sunday, 15 November 2015

HANYA PARIS YANG BISA MEMBUAT MENANGIS


Atas nama kemanusiaan, kita terhentak ketika lebih dari 150 orang roboh meregang nyawa di Paris, Prancis Jumat malam (13/11). Tujuh titik di kota mode itu dikoyak oleh serangan mematikan. Tak terkecuali titik di mana Presiden Prancis, Francois Hollande sedang menikmati pertandingan bola, stadion Stade de France.
Atas nama kemanusiaan pula, Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan tegas menyatakan Rusia sangat mengecam pembunuhan tak berperikemanusiaan ini dan siap memberikan semua bantuan untuk menginvestigasinya. Ucapan “bijak” seperti itu dengan mudah keluar dari mulut Putin, semudah ribuan roket meluncur dan menyasar penduduk sipil di Suriah.
Peragaan sok bijak juga dilakukan oleh NATO dan Amerika Serikat. Untuk insiden Paris, sejuta karangan bunga mereka kirimkan, berlapis janji dan kecaman. Sementara, di Suriah mesin perang mereka terus menyalak, mencabut nyawa-nyawa sipil atas nama perang melawan terorisme. Padahal, justru rakyat Suriah itu adalah korban terorisme hasil persekongkolan Basar Asad dengan negara-negara pendukungnya.
Seolah tak ingin dianggap lambat tanggap seperti dalam musibah asap beberapa hari lalu, Presiden Jokowi pun dengan sigap dan cekatan turut menyatakan duka. Jokowi juga menjamin tak ada sejengkal tanah pun di Indonesia bagi tindak terorisme seperti yang terjadi di Paris. Singkat kata, seluruh dunia kompak menangis untuk Paris.
Rasa kemanusiaan memang tercabik seketika demi mendengar ratusan nyawa meregang nyawa dengan cara horor. Sayangnya, dalih kemanusiaan telah menjadi topeng untuk menutupi sikap buas dan haus darah di tempat lain, bahkan diperankan oleh mereka yang mengaku berduka.
Kemanusiaan itu juga dijadikan tabir yang menutupi sikap masa bodoh, acuh tak acuh, dan tak peduli kepada kejadian horor serupa—bahkan lebih dahsyat—yang terjadi tidak hanya seketika itu saja. Tengoklah Palestina dan Suriah. Angka 150 itu menjadi langganan pekanan untuk menghitung jumlah korban nyawa atas tindakan brutal dan haus darah yang terjadi di Palestina.
Berduka itu boleh, tapi mari tetap pakai akal sehat. Apa yang dikatakan para pemimpin dunia terhormat itu ketika tentara Israel dengan mudah mengobral rentetan peluru kepada beberapa Muslimah Palestina? Adakah secuil komentar duka ketika jet-jet tempur Rusia, tentara Bashar Asad dan milisi Syiah Iran dan Hizbullah dengan sadis mencabut nyawa penduduk sipil Suriah?
Akal sehat itu mestinya membuat para pemimpin dunia itu mudah mengutuk tragedi kemanusiaan di Suriah dan Palestina, semudah mereka mengecam serangan Paris. Tinggal membubuhkan kata Suriah dan Palestina di belakang nama Paris. Namun entah mengapa lidah mereka kelu untuk mengucapkannya.
Terlepas dari siapa sesungguhnya pelaku Paris, motif serta pro-kontra fikih waqi’-nya, serangan Prancis ini membongkar tabir-tabir hipokrit berdalih kemanusiaan. Syaikh At-Thuraifi, seolah ulama Timur Tengah mengatakan, “Di antara tanda nifak adalah sikap bangga dan peduli terhadap permasalahan non-muslim dan berputus-asa (tidak peduli) terkait permasalahan kaum Muslimin.” ******************************************** Perancis dalam Lembaran Sejarah
Perancis mengumpulkan 400 ulama' muslim dan memenggal kepala mereka dalam lembaran sejarah, di tengah penjajahan mereka atas Chad tahun 1917 M. ["Chad" tulisan Ahli Sejarah Mahmud Syakir hal.73]
Ketika Perancis memasuki kota Aghwat di Al Jazair tahun 1852 M, mereka membakar sepertiga penduduk kota itu dengan api dalam satu malam.
Perancis telah melakukan 17 uji coba nuklir di Al Jazair mulai dari tahun 1960 - 1966 M yang mengakibatkan jatuhnya korban dengan jumlah yang tidak terhingga sekitar 27 ribu sampai 100 ribu orang.
Ketika Perancis hengkang dari Al Jazair tahun 1962 M, mereka telah menanam sejumlah ranjau yang lebih banyak daripada jumlah semua penduduk Al Jazair pada waktu itu, yakni sebanyak 11 juta ranjau.
Perancis menjajah Al Jazair selama 132 tahun, mereka telah melenyapkan 1 juta muslim pada tujuh tahun pertama setelah kedatangan mereka dan telah melenyapkan 1,5 juta pada tujuh tahun terakhir sebelum mereka hengkang.
Seorang Ahli Sejarah yang berdarah Perancis Jack Jourkey memperkirakan bahwa total orang yang dibunuh oleh Perancis di Al Jazair sejak kedatangannya tahun 1830 M sampai hengkangnya tahun 1962 M adalah 10 juta muslim.
Perancis menjajah Tunisia selama 75 tahun, Al Jazair selama 136 tahun, Maroko selama 44 tahun, Mauritania selama 60 tahun dan menjajah Senegal ( yang 95% penduduknya adalah muslim ) selama 3 abad..!
Iqri Sulizar, IA IPB

Inilah 5 SOP Konyol Teroris yang Kudu Kamu Tahu

Jumat lalu bom meletus dengan pongah dan mengguncang Kota Paris, Prancis. Muslim juga imigran asal Timteng (Timur Tengah) kembali mendapat stigma buruk sebagai teroris.
Kamu yang Islam harus mengambil pelajaran atas tragedii ini. Tragedi bom di kota Paris menjadi momentum kedua pasca tragedi WTC di AS, sebagai kebangkitan Islam di Eropa.
Tentu saja, Bro, stigmatisasi islam di eropa bagian kecil dari dinamika yang terjadi, faktanya Islam berkembang pesat di eropa dan negara-negara barat kala ini.

Uniknya dalam ‘drama’ ini, pelaku yang berjumlah 7 orang itu mati semua dan ditemukan identitas berupa pasport. Paspor diduga kepunyaan pengungsi Suriah. Dan taraa..Paspor itu masih mulus banget, dan nggak hancur karena peledakan tersebut.
Anyway, label teroris ke muslim memang menyakitkan, serius menyakitkan, Bro. Dan sepertinya kamu kudu tahu, apa sih Standart Operating Procedures (SOP) teroris itu?
Inilah SOP konyol untuk seorang teroris:
1. Kalau mau jadi pelaku bom bunuh diri, jangan lupa bawa PASPOR.
2. Pastikan PASPOR terlapisi dari bahan tahan bom, api dan tahan hancur.
3. Pastikan Paspor mudah ditemukan saat ditangkap hidup atau mati.
4. Jangan lupa agama dalam paspor harus Islam (selain Islam tidak akan disebut teroris, palingan sebutan orang penderita sakit jiwa)
5. Pastikan ada kamera yang mengabadikan tepat ketika meneriakkan kalamullah “Allahu Akbar.” [Paramuda

Agar Setan Tidak Bermalam di Rumah Kita


Setan senantiasa mengawasi manusia selama dua puluh empat jam dalam sehari. Ketika manusia sedang makan, bermain, jalan-jalan, hingga tertidur pun, setan senantiasa mengawasi dan mencari celah agar bisa mengoda. Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits, setan ikut bermalam di rumah seorang hamba.
Beruntungnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kiat rahasia kepada umatnya agar setan tidak ikut bermalam di rumah mereka. Sebaliknya, jika petuah mulia ini dilanggar, setan akan masuk dan bermalam di rumah-rumahnya.
“Apabila seseorang memasuki rumahnya, kemudian berdzikir ketika masuk dan makan, maka berkatalah setan, “(Hai teman-teman), tiada tempat bagi kita untuk bermalam dan (jatah untuk) makan.”
Sebaliknya, sebagaimana disebutkan dalam kelanjutan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah ini, Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan, “Dan jika seorang memasuki rumahnya tanpa berdzikir saat masuk, setan berkata, ‘Telah tersedia tempat bermalam bagimu.’ Ketika masuk waktu malam dan ia tetap tidak berdzikir, setan berkata (kepada teman-temannya), ‘Telah tersedia bagi kita tempat bermalam dan (jatah) makan malam’.”
Maka kiat yang harus ditempuh agar setan tidak masuk dan menginap di dalam rumah adalah dengan mengucap salam dan membaca dzikir-dzikir yang disunnahkan. Misalnya, bacaan Ayat Kursi (ayat 255 surat al-Baqarah), dua ayat terakhir surat al-Baqarah, surat al-Ikhlash, al-Falaq, an-Naas, dan sebagainya.
Kalimat-kalimat mulia itulah yang akan melindungi rumah-rumah kita dari setan dan bala tentaranya. Jika rutin dibacakan, maka rumah akan terasa layaknya masjid yang nyaman, menenangkan, dan menghadirkan damai.
Akan terjalin hubungan yang harmonis antar masing-masing anggotanya sehingga keluarga tersebut menjadi tim dakwah impian. Akan terlahir anak-anak shalih yang menyejukkan jiwa dan permata bagi pandangan mata. Anak-anak yang lahir dari rumah ini adalah sosok-sosok yang lurus aqidahnya, bersih ibadahnya, luas wawasan ilmunya, dan menawan akhlaknya.
Mereka inilah generasi-generasi yang dirindukan bumi dan dicintai langit. Generasi tangguh yang kelak menyelamatkan umat manusia dari penyembahan kepada sesama menuju penyembahan kepada Allah Ta’ala semata.
Sebaliknya, rumah yang tidak pernah dibacakan ayat-ayat Allah Ta’ala di dalamnya, ialah bangunan persegi empat yang mungkin saja mewah, tapi hanya bermakna kuburan. Tiada kedamaian, kecuali cekam yang menakutkan.

Pendeta Banting Patung Yesus di Depan Jemaat akbitat stres


“Berkurang satu,” kata sang pendeta sambil membanting sebuah patung Yesus yang ada di gereja. Sontak, hal itu membuat para jemaat kaget dan marah. Namun, sang pendeta beralasan dirinya stres dan kelelahan.
Peristiwa itu terjadi di Gereja Plestin les Greves, Brittany, Perancis. Menurut Pendeta Gerard Nicole, sebelum membanting patung tersebut, Jean-Jacques Le Roy pernah mengatakan bahwa dirinya tidak suka dengan gaya ukiran patung tersebut.
Le Roy juga pernah dilaporkan membanting patung di depan pasangan menikah. Namun, dirinya berdalih tidak sengaja. Saat itu ia mengecek apakah patung tersebut telah menempel di dinding atau belum. Rupanya, menurutnya, ia mendorong patung terlalu keras sehingga terjatuh. Bukan karena faktor kesengajaan.
“Kami diminta banyak hal di kementerian. Sedangkan jumlah pendeta tidak banyak. Itu menyebabkan kelelahan, stres,” ujar Le Roy.
Ia pun minta maaf atas insiden tersebut. Namun, para jemaat telah mengajukan komplain ke uskup atas tindakannya.

Saturday, 14 November 2015

BUAH PENANGKAL RACUN DAN SIHIR



Dari sekian banyak ilmu pengobatan yang disabdakan Nabi (thibbun nabawi), ini merupakan salah satu rahasia yang paling menarik; buah penangkal racun dan sihir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنِ اصْطَبَحَ كُلَّ يَوْمٍ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً ، لَمْ يَضُرُّهُ سَمٌّ وَلاَ سِحْرٌ ذَلِكَ الْيَوْمَ إِلَى اللَّيْلِ

“Barangsiapa makan beberapa kurma ajwa di setiap pagi hari, maka racun dan sihir tidak akan mendatangkan mudharat kepadanya pada hari itu hingga malam” (HR. Bukhari)

Ya, buah tersebut tidak lain adalah kurma ajwa. Namun tidak otomatis ketika ia dimakan, atas izin Allah ia menjadi penangkal racun dan sihir melainkan ada ketentuan waktu dan jumlahnya. Waktu memakannya adalah pagi hari. Lalu berapa jumlahnya? Pada hadits tersebut disebutkan beberapa. Artinya lebih dari satu. Berapa tepatnya? Hadits yang lain menjelaskan:

مَنِ اصْطَبَحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةٍ لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سَمٌّ وَلاَ سِحْرٌ

“Barangsiapa pagi hari makan tujuh kurma ajwa, maka racun dan sihir tidak akan mendatangkan mudharat baginya pada hari itu” (HR. Bukhari)

Ternyata jumlah kurma ajwa yang dimakan di pagi hari sehingga dapat menghindarkan dari racun dan sihir itu adalah tujuh buah.

Lalu, apa itu kurma ajwa? Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa yang dimaksud kurma ajwa adalah kurma yang ditanam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah. Ia merupakan kurma yang paling lembut di Madinah.

Yang juga menjadi batasan dalam kedua hadits tersebut, manfaat kurma ajwa sebagai penangkal disebutkan bahwa waktunya adalah pagi hingga malam. Tidak bersifat mutlak bahwa begitu makan kurma ajwa selalu kebal dari racun dan sihir, melainkan hanya ditangkal mulai pagi itu hingga malam harinya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/IKB]

Mencukur rambut tidak rata (qoza') dilarang dalam Islam.



Apa itu qoza’? Qoza’ adalah memotong rambut secara tidak rata sehingga sebagian dicukur habis (dibotaki), sebagian lainnya tidak dipotong atau dibiarkan panjang. Di zaman sekarang, banyak model qoza’ terutama dilakukan oleh anak muda. Umumnya qoza’ di masa kini membentuk motif tertentu baik seperti ukiran, suatu lambang, atau hanya garis saja.

Qoza’ ternyata telah dijumpai pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Saat itu, qoza’ biasanya dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Sedangkan bagi umat Islam, Rasulullah menegaskan bahwa qoza’ merupakan perbuatan yang dilarang.

عَنْ نَافِعٍ مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ – رضى الله عنهما – يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَنْهَى عَنِ الْقَزَعِ

Dari Nafi’ Maula Abdullah bahwa ia mendengar Ibnu Umar radhiyallahu anhuma mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang qoza’ (HR. Bukhari)

Hadits lain melalui jalur Anas bin Malik juga menegaskan larangan yang sama

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – نَهَى عَنِ الْقَزَعِ

Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang qoza’ (HR. Bukhari)

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan qoza’ adalah:

يُحْلَقُ بَعْضُ رَأْسِ الصَّبِىِّ وَيُتْرَكُ بَعْضٌ

Mencukur sebagian rambut dan membiarkan sebagian lainnya (HR. Muslim)

Rasulullah juga pernah melihat qoza’ secara langsung lalu beliau melarangnya.

رأَى رسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – صَبِيّاً قَدْ حُلِقَ بَعْضُ شَعْرِ رَأسِهِ وَتُرِكَ بَعْضُهُ ، فَنَهَاهُمْ عَنْ ذَلِكَ ، وقال : احْلِقُوهُ كُلَّهُ ، أَوِ اتْرُكُوهُ كُلَّهُ

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melihat anak yang dicukur sebagian rambutnya dan dibiarkan sebagian lainnya, maka beliau melarang hal itu dan bersabda: “Cukurlah seluruhnya atau biarkan seluruhnya” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i)

Imam Nawawi menjelaskan bahwa para ulama telah sepakat bahwa qoza’ ini hukumnya makruh. Kecuali jika untuk keperluan tertentu seperti bekam atau pengobatan. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/IKB]

Friday, 13 November 2015

Astaghfirullah, Ustadz Artis M Nur Maulana Nyatakan Soal Kepemimpinan tak Usah Bicara Agama


Para pemirsa Muslim pasti mengenal sosok Ustadz M Nur Maulana yang setiap pagi berceramah dalam program Islam itu Indah di sebuah televisi swasta.
Seperti dilansir halaman Fanpage Facebook, Front Pembela Islam – FPI, Ustadz Maulana dalam ceramahnya, pada Senin (9/11/2015), pagi tadi melontarkan sebuah pernyataan yang tidak sepantasnya terucap dari mulut seorang dai.
Saat menyinggung sebuah perkara kepemimpinan, pernyataan Ustadz Maulana justru menabrak syariat Islam.
Ah agamanya beda? kalau kita membahas kepemimpinan tidak usah bicara agama. Kepemimpinan itu tidak berbicara masalah agama. Jadi kau tidak mau naik pesawat kalau pilotnya agama lain? jadi berbicara seperti ini jangan ada black campaign,” tutur Ustadz Maulana dengan lugas.
Menyikapi hal tersebut, laman Fanpage FPI menyampaikan nasihat terbuka tentang haramnya memilih pemimpin kafir.
“Kita ingatkan secara terbuka kepada Ustad artis itu, bahwa memilih pemimpin Non Islam adalah diharamkan oleh Allah SWT:
DALILNYA:
“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kuff4r menjadi wali/pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (QS ALI IMRAN : 28).
” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS AL MAA-IDAH : 51).
“Adapun orang-orang yang kuffar, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS AL ANFAAL : 73).
Semoga kritik dan nasihat dari FPI tersebut didengar Ustadz Maulana dan ia segera bertaubat dari kesalahannya. [AW]
Link Video:

Thursday, 12 November 2015

Suami-Istri Tidak Boleh Meninggalkan Hubungan. Mengapa?


SEORANG Muslim hendaknya tidak meninggalkan berhubungan suami istri . Sebagaimana sumur, apabila airnya tidak diambil, rnaka airnya akan sirna/lenyap dengan sendirinya.
Muhammad bin Zakariya berkata: “Barangsiapa meninggalkan hubungan dalam jangka waktu yang sangat lama, kekuatan otot-ototnya akan melemah, salurannya akan tersumbat, dan organ intimnya akan mengerut.”
la mengatakan: “Aku menjumpai sekelompok orang meninggalkan perkara ini dalam rangka menjalankan taqasysyuf (kehidupan yang meninggalkan kesenangan duniawi seperti hubungan suami istri yang merupakan kesenangan duniawi yang tertinggi). Maka dinginlah badan-badan mereka, gerakan mereka menjadi sulit/lamban, dan pada mereka akan muncul rasa sedih tanpa sebab, dan pada akhirnya melemahlah syahwat mereka.”
Dan di antara manfaat hubungan adalah:
1. Tertunduknya pandangan.
2. Menahan diri.
3. Kemampuan untuk menjaga kehormatan dari perkara yang diharamkan.
Dan perkara di atas juga didapati oleh wanita. Maka berhubungan itu bermanfaat bagi dirinya di dunia dan akhirat, dan bermanfaat pula bagi wanita. Oleh karena itu Rasulullah صلي الله عليه وسلم sangatlah menyukai perkara ini, sebagaimana dalam sabdanya:
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيْبُ
“Dijadikan kecintaan bagiku dari dunia kalian: para wanita dan wewangian.” (Diriwayatkan oleh Ahmad (3/128,199,285), An-Nasai (7/61) dalam ‘Isyratun Nisa’, Bab: Hubbun Nisa’, dari hadits Anas bin Malik, dan sanadnya hasan, dishahihkan oleh Al-Hakim)
Dan dalam Az-Zuhd karya Al-lmam Ahmad, di dalam hadits tersebut ada sedikit tambahan, yaitu:
أَصْبِرَ عَنِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَلاَ أَصْبِرُ عَنْهُنَّ
“Aku bisa sabar dari makan dan minum, akan tetapi aku tidak bisa sabar dari mereka (para wanita).”
Dan beliau menganjurkan umatnya untuk menikah melalui sabdanya:
تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ
“Menikahlah kalian, sesungguhnya aku akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat. ” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dengan lafadz ini di dalam Syu’abul Iman dari hadits Abu Umamah. Dan diriwayatkan oleh Abu Dawud (2050) dan An-Nasa’i (6/65j66) dari hadits Ma’qil bin Yasar secara marfu’ dengan lafadz (yang artinya): “Nikahilah wanita yang penyayang dan subur, sesungguhnya aku akan berbangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat.” Sanadnya hasan. Dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Anas bin Malik, diriwayatkan oleh Ahmad (3/158,245) dan sanadnya hasan, dan dishahihkan oleh lbnu Hibban (1228) []
Sumber: Ibnu Qayyim pada Kitab Za’adul  Maad fi Hadyi Kharil ‘Ibaad Juz 4

Beri Sedekah pada Pengemis yang Pura-Pura Miskin, Bolehkah?

Bolehkah kita beri sedekah pada pengemis yang pura-pura miskin?

Hukumi Seseorang Sesuai Lahiriyah

Ingatlah kita hanya punya tugas menghukumi seseorang sesuai lahiriyah yang kita lihat, karena tak bisa menerawang isi hatinya. Pelajaran ini bisa kita ambil dari kisah Usamah bin Zaid berikut ini.
Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus kami ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kami serang mereka secara tiba-tiba pada pagi hari di tempat air mereka. Saya dan seseorang dari kaum Anshar bertemu dengan seorang lelakui dari golongan mereka. Setelah kami dekat dengannya, ia lalu mengucapkan laa ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar menahan diri dari membunuhnya, sedangkan aku menusuknya dengan tombakku hingga membuatnya terbunuh.
Sesampainya di Madinah, peristiwa itu didengar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bertanya padaku,
« يَا أُسَامَةُ أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ » قُلْتُ كَانَ مُتَعَوِّذًا . فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّى لَمْ أَكُنْ أَسْلَمْتُ قَبْلَ ذَلِكَ الْيَوْمِ
Hai Usamah, apakah kamu membunuhnya setelah ia mengucapkan laa ilaha illallah?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya ingin mencari perlindungan diri saja, sedangkan hatinya tidak meyakini hal itu.” Beliau bersabda lagi, “Apakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan laa ilaha illallah?” Ucapan itu terus menerus diulang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga saya mengharapkan bahwa saya belum masuk Islam sebelum hari itu.” (HR. Bukhari no. 4269 dan Muslim no. 96)
Dalam riwayat Muslim disebutkan, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَقَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَقَتَلْتَهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلاَحِ. قَالَ أَفَلاَ شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لاَ فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَىَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّى أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ
“Bukankah ia telah mengucapkan laa ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu semata-mata karena takut dari senjata.” Beliau bersabda, “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya hingga engkau dapat mengetahui, apakah ia mengucapkannya karena takut saja atau tidak?” Beliau mengulang-ngulang ucapan tersebut hingga aku berharap seandainya aku masuk Islam hari itu saja.”
Ketika menyebutkan hadits di atas, Imam Nawawi menjelaskan bahwa maksud dari kalimat “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya hingga engkau dapat mengetahui, apakah ia mengucapkannya karena takut saja atau tidak?” adalah kita hanya dibebani dengan menyikapi seseorang dari lahiriyahnya dan sesuatu yang keluar dari lisannya. Sedangkan hati, itu bukan urusan kita. Kita tidak punya kemampuan menilai isi hati. Cukup nilailah seseorang dari lisannya saja (lahiriyah saja). Jangan tuntut lainnya. Lihat Syarh Shahih Muslim, 2: 90-91.

Setiap Orang Akan Diganjar Sesuai yang Ia Niatkan

Coba ambil pelajaran dari hadits berikut.
Dari Abu Yazid Ma’an bin Yazid bin Al-Akhnas radhiyallahu ‘anhum, -ia, ayah dan kakeknya termasuk sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, di mana Ma’an berkata bahwa ayahnya yaitu Yazid pernah mengeluarkan beberapa dinar untuk niatan sedekah. Ayahnya meletakkan uang tersebut di sisi seseorang yang ada di masjid (maksudnya: ayahnya mewakilkan sedekah tadi para orang yang ada di masjid, -pen). Lantas Ma’an pun mengambil uang tadi, lalu ia menemui ayahnya dengan membawa uang dinar tersebut. Kemudian ayah Ma’an (Yazid) berkata, “Sedekah itu sebenarnya bukan kutujukan padamu.” Ma’an pun mengadukan masalah tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ ، وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ
Engkau dapati apa yang engkau niatkan wahai Yazid. Sedangkan, wahai Ma’an, engkau boleh mengambil apa yang engkau dapati.” (HR. Bukhari no. 1422)
Dari hadits ini, Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Orang yang bersedekah akan dicatat pahala sesuai yang ia niatkan baik yang ia beri sedekah secara lahiriyah pantas menerimanya ataukah tidak.” (Fath Al-Bari, 3: 292)
Hal di atas sesuai pula dengan hadits Umar, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى
Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)
Misal, ada pengemis yang mengetok pintu rumah kita, apakah kita memberinya sedekah ataukah tidak? Padahal nampak secara lahiriyah, dia miskin. Jawabannya, tetap diberi. Kalau pun kita keliru karena di balik itu, bisa jadi ia adalah orang yang kaya raya, tetap Allah catat niat kita untuk bersedekah. Sedangkan ia mendapatkan dosa karena memanfaatkan harta yang sebenarnya tak pantas ia terima.
Begitu pula kalau ada yang menawarkan proposal pembangunan masjid. Secara lahiriyah atau zhahir yang nampak, kita tahu yang sodorkan proposal memang benar-benar butuh. Lalu kita berikan bantuan. Bagaimana kalau dana yang diserahkan disalahgunakan? Apakah kita tetap dapat pahala? Jawabannya, kita mendapatkan pahala sesuai niatan baik kita. Sedangkan yang menyalahgunakan, dialah yang mendapatkan dosa.
Subhanallah … Mulia sekali syariat Islam ini.

Jangan Manjakan Pengemis dan Pengamen Jalanan

Kami hanya nasehatkan jangan manjakan pengemis apalagi pengemis yang malas bekerja seperti yang berada di pinggiran jalan. Apalagi dengan mengamen, melantunkan nyanyian musik yang haram untuk didengar. Kebanyakan mereka malah tidak jelas agamanya, shalat juga tidak. Begitu pula sedikit yang mau perhatian pada puasa Ramadhan yang wajib. Carilah orang yang shalih yang lebih berhak untuk diberi, yaitu orang yang miskin yang sudah berusaha bekerja namun tidak mendapatkan penghasilan yang mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا
Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin adalah orang yang tidak punya kecukupan, lantas ia pun malu atau tidak meminta dengan cara mendesak.” (HR. Bukhari no. 1476)

Wednesday, 11 November 2015

Kisah Pemuda Muslim Membongkar Kebobrokan Nikah Mut’ah


Salah satu ajaran syiah yang terkenal adalah nikah mut’ah. Yakni perkawinan dengan mahar tertentu untuk jangka waktu sementara, baik dalam hitungan bulan, minggu, atau hari, bahkan jam.
Sayyid Husein Al Musawi, seorang tokoh Syiah dari kota Najaf yang kemudian bertaubat, menceritakan kisah seorang pemuda membongkar kebobrokan nikah mut’ah dan mempemalukan Imam Syiah di kota itu.
Hari itu, Al Musawi duduk bersama Imam Al Khaui di kantornya. Tak lama kemudian datanglah dua orang laki-laki; seorang pemuda dan seorang lagi agak tua. Mereka mengaku ingin berkonsultasi kepada Al Khaui.
“Wahai Sayid, kami ingin menanyakan tentang nikah mut’ah apakah halal atau haram?” tanya sang pemuda.
“Engkau tinggal di mana?” tanya Al Khaui sambil menyelidiki pemuda di depannya itu. Umumnya pemuda Syiah tidak bertanya lagi hukum nikah mut’ah.
“Aku dari Mosul. Aku tinggal di Najaf sejak dua bulan yang lalu.”
“Berarti engkau seorang sunni?”
“Iya. Aku di sini sejak dua bulan yang lalu. Aku kesepian. Maukah engkau menikahkan aku dengan putrimu dengan cara mut’ah?”
Mendengar permintaan tak sopan ini, Al Khaui membelalakkan matanya. Emosinya terpancing. “Aku ini pembesar. Mut’ah itu haram bagi pembesar, halal bagi kalangan awam dari pengikut syiah”
Sang pemuda tersenyum. Ada kepuasan di wajahnya. Namun tidak demikian dengan pria di sampingnya. Ia seperti memendam kemarahan. Namun dialog berakhir di situ. Mereka segera pergi dari kantor itu.
Al Musawi yang saat itu masih Syiah segera menyusul mereka berdua. Ternyata keduanya sedang memperdebatkan masalah nikah mut’ah. Pemuda Sunni berpendapat nikah mut’ah haram sedangkan pria Syiah berpendapat nikah mut’ah adalah halal. Mereka kemudian bersepakat untuk bertemu Al Khauli. Tapi mendengar pernyataan Al Khaui tadi, pria syiah itu geram.
“Wahai orang-orang durhaka, kalian membolehkan nikah mut’ah kepada anak-anak gadis kami, dan mengabarkan bahwa hal itu halal serta mendekatkan diri kepada Allah, namun kalian mengharamkan kepada kami untuk nikah mut’ah dengan anak-anak gadis kalian,” kata pria itu kepada Al Musawi. Ia pun bersumpah akan keluar dari Syiah.