"Ketika aku berada di sana dan bertemu dengan pengusaha swasta, semuanya terlihat normal,"
Dream - Kabar mengejutkan transaksi
perdagangan diam-diam Israel dan dua negara muslim Asia Tenggara,
Indonesia dan Malaysia, mencuat di media. Padahal kedua negara tersebut
secara tegas menyatakan dukungannya pada Palestina dan belum memiliki
hubungan diplomatik dengan Israel.
Klaim dari Israel tersebut diperkuat dengan pengakuan seorang
penguasa Israel yang pernah ke Malaysia, Ron Doron. "Ketika aku berada
di sana dan bertemu dengan pengusaha swasta, semuanya terlihat normal,"
kata Doron seperti dikutip Dream dari laman
timesofisrael.com, Jumat, 19 September 2014.
Doron mengklaim para pengusaha, khususnya di Malaysia, selama ini
lebih takut pada tekanan dari pemerintah. Negeri Jiran ini memang aktif
menyuarakan sentimen anti-Israel tapi paspor pelaku bisnis asal Israel
dibiarkan bebas keluar masuk. Padahal di paspor itu jelas tertulis
keterangan 'Paspor ini berlaku untuk semua negara kecuali Israel’.
Pembatasan seperti itu tidak menghentikan perdagangan dengan Israel.
Bahan kimia, peralatan medis dan obat-obatan adalah beberapa produk yang
paling dicari pebisnis negara muslim. Pengusaha atau wakil pemerintah
yang mengimpor barang dari Israel akan menghapus label yang bisa
mengungkapkan asal pembuatan barang tersebut.
Langkah senyap ini sengaja dilakukan untuk menghindari kegemparan
seperti yang terjadi di Kuwait pada bulan Januari lalu. Saat itu beredar
gosip bahwa kentang impor dari Israel terlihat dijual di
supermarket-supermarket lokal.
Sementara, Emanuel Shahaf, wakil ketua Kamar Dagang Israel-Indonesia
mengungkapkan ada dua kecenderungan yang saling bertentangan dalam
menjalin bisnis dengan pebisnis Indonesia. Kecenderungan pro adalah
bahwa Indonesia membutuhkan produk berteknologi tinggi. Kecenderungan
negatif adalah situasi politik di Indonesia tidak membaik (bagi Israel).
"Meski begitu, hal ini tidak selalu menekan perdagangan," kata
Shahaf. "Kadang-kadang di Indonesia, yang terlarang justru lebih
menarik."
Perkembangan politik terkini memang tidak menjanjikan. Tapi
kemungkinan perdagangan dengan negara-negara Islam terus berlanjut,
meskipun pembicaraan perdamaian Israel-Palestina yang diprakarsai AS
pada April lalu tidak membuahkan hasil. Pun permusuhan baru dengan Hamas
pada Agustus lalu tidak akan menyebabkan perdagangan mengalami
kemerosotan. Perdagangan bahkan terus tumbuh setelah perang terakhir di
Gaza pada tahun 2012.
Ketegangan politik sering menyebabkan penandatanganan kontrak dan
perjanjian bisnis jadi mental akibat terlalu melibatkan ego. "Perusahaan
Israel biasanya tidak memiliki kesabaran untuk melakukan bisnis jangka
panjang," kata Doron.
"Itu salah satu kelemahan bagi perusahaan Israel. Untuk kawasan Asia,
Anda harus melihat bisnis jangka panjang. Anda tidak dapat melakukan
bisnis untuk jangka pendek. Dibutuhkan waktu untuk membangun hubungan
dan kepercayaan diri."