Tuesday, 22 December 2015

Khalifah Umar dan Lampu Minyak


Pada suatu malam Khalifah Umar bin Abdul Aziz sedang menulis, lalu datang lah seorang tamu.

Saat ia melihat lampu minyak hampir padam, si tamu menawarkan diri, "Biarlah saya yang membesarkan nyalanya."

Tapi Umar menjawab, "Jangan, tidaklah ramah menjadikan tamu sebagai pelayan."

Maka si tamu lalu berkata, "Kalau begitu biarkan saya panggilkan pelayan."

Umar menolak, "Jangan, ia baru saja pergi tidur."

Lalu beliau sendiri pergi ketempat penyimpanan minyak, dan mengisi lampu yang hampir padam itu.

Lalu si tamu berseru, "Tuan lakukan pekerjaan ini sendiri, wahai Amirul Mukminin?"

Umar berkata padanya, "Aku melangkah dari sini sebagai Umar, dan kembali kesini masih sebagai Umar pula."

[Begitulah ketawadhuan Khalifah Umar. Beliau tetaplah hanya Umar tak berubah oleh jabatan, hanya seorang manusia, sama dengan manusia yang lain. Jabatan Amirul Mukminin adalah amanah untuk melayani bukan dilayani]

Fahri Hamzah Janjikan 2016 Sebagai Tahun Merebut Freeport


Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyambut baik usulan yang disampaikan Gerakan 'Tambang Freeport untuk Rakyat' untuk tegakan kedaulatan agar tambang kelola Freeport jatuh ke pangkuan ibu pertiwi. Usulan itu disampaikan Gerakan 'Tambang Freeport untuk Rakyat' saat bertemu pimpinan DPR untuk mendesak adanya Pansus Freeport terkait masalah yang terjadi yakni masalah perpanjangan kontrak. "Tambang Freeport harus dikuasai oleh negara melalui BUMN dan BUMD, maka itu kami memberikan petisi kepada DPR. Sudah saatnya kita tegakan kedaulatan agar tambang kelola Freeport jatuh ke pangkuan ibu pertiwi," kata Marwan Batubara salah satu inisiator 'Tambang Freeport untuk Rakyat', Jumat (18/12) lalu. Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyambut baik, dan berjanji akan melakukan investigasi total terhadap keberadaan Freeport yang selama ini sudah membuat negara merugi. Oleh karenanya, ia meminta kepada seluruh 560 anggota dewan yang ada untuk bergerak melakukan tandatangan menyetujui adanya Pansus Freeport untuk kepentingan bangsa. "Saat ini baru 25 persen yang tandatangan, kita mau 50 persen. Saya ingin Pansus Freeport disosialisasikan kepada 560 anggota DPR tanpa terbelah. Sehingga tahun 2016 usai masa reses 11 Januari 2016, merupakan tahun merebut Freeport," ungkapnya, lansir posmetro.

Monday, 21 December 2015

Yesus Lahir Pada Bulan Syawal?


Polemik seputar hari kelahiran Yesus, dalam beberapa tahun belakangan ini sering muncul di sekitar hari Natal. Mayoritas umat Kristiani merayakan hari Natal tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Di luar mayoritas, ada beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal 25 Desember yang identik dengan musim dingin atau salju, seperti Saksi-Saksi Yehuwa, Gereja Yesus Sejati, dsb.
Terdapat beberapa perbedaan mengenai tanggal kelahiran Yesus (atau Nabi Isa AS dalam keyakinan kita sebagai umat Islam). Ahmad Yani dalam artikelnya di situs IKADI berjudul “Benarkah 25 Desember Kelahiran Al-Masih?” mengungkapkan beberapa contoh selisih pendapat mengenai tanggal kelahiran Yesus. Ada yang mengatakan bahwa beliau lahir tanggal 14 Maret SM, ada yang mengatakan pada bulan April atau November, ada juga yang berpendapat bahwa Yesus lahir pada bulan September atau Januari.
Salah satu pendapat yang coba penulis soroti adalah pendapat astronom, sebagaimana diberitakan The Telegraph pada tanggal 9 Desember 2008. Astronom Australia, Dave Reneke, memprediksi bahwa Yesus lahir pada tanggal 17 Juni 2 SM. Kesimpulan tersebut dia dapati dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang kompleks untuk memetakan posisi yang tepat dari semua benda langit dan peta langit malam, sehingga posisinya akan sama dengan posisi yang ada pada saat lebih dari 2000 tahun yang lalu. Hasil risetnya mengungkapkan peristiwa astronomi yang spektakuler pada saat kelahiran Yesus.
Reneke mengatakan bahwa orang-orang bijak pada saat kelahiran Yesus mungkin menafsirkan sebuah tanda bintang di langit sebagai tanda yang telah mereka tunggu-tunggu. Lalu mereka mengikuti ‘bintang’ tersebut ke tempat kelahiran Yesus di Bethlehem Palestina, seperti yang dijelaskan dalam Injil mereka.
Dari penelitian secara umum, kelahiran Yesus diprediksi terjadi antara tahun 3 SM (sebelum Masehi) hingga tahun 1 Masehi. Lalu Reneke menggunakan Injil St Matius sebagai referensi, di mana di dalamnya disebutkan sebuah konjungsi planet yang muncul di rasi bintang (konstelasi) Leo, terjadi pada tanggal 17 Juni 2 SM.
“Posisi Venus dan Jupiter sangat dekat pada tahun 2 SM dan mereka terlihat menjadi sebuah cahaya yang terang,” ujar Reneke.
Secara matematis, tanggal 17 Juni 2 SM adalah sama dengan tanggal 17 Juni -1 (tahun minus 1). Jika tanggal tersebut kita masukkan ke aplikasi Stellarium, lalu kita coba simulasikan pada posisi di Bethlehem, maka planet Venus dan Jupiter memang tampak berdekatan di langit Bethlehem.
Simulasi konjungsi planet Venus dan Jupiter pada tanggal 17 Juni -1 (17 Juni 2 SM) dengan menggunakan software Stellarium. (
Simulasi konjungsi planet Venus dan Jupiter pada tanggal 17 Juni -1 (17 Juni 2 SM) dengan menggunakan software Stellarium. (Ibnu Sigit)
Dalam rekaman sejarah, ketika Maryam kepayahan saat menjauh dari masyarakat dengan kandungannya, malaikat Jibril menyeru kepadanya untuk menggoyangkan pohon kurma. Hal tersebut terekam dalam Al-Quran surat Maryam ayat 22 – 25 sbb:
فَحَمَلَتْهُ فَانتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا ﴿٢٢﴾ فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيًّا ﴿٢٣﴾ فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا ﴿٢٤﴾ وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ﴿٢٥﴾
Artinya: “Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu…” (Maryam: 22-25)
Ayat di atas berisi petunjuk yang paling autentik sebagai bahan referensi. Petunjuk itu adalah “buah kurma yang masak”. Buah kurma tidak mungkin masak pada tanggal 25 Desember karena merupakan musim dingin. Buah kurma di Palestina yang telah masak dapat dipanen pada bulan Juni s.d September. Hal tersebut seperti yang diungkapkan dalam sebuah jurnal oleh Al-Rimawi F dkk yang berjudul “Effect of Harvesting Date and Variety of Date Palm on Antioxidant Capacity, Phenolic and Flavonoid Content of Date Palm (Phoenix Dactylifera)”. Dalam abstrak jurnalnya, para peneliti tersebut menulis, “selama masa panen yang berbeda (dari Juni-September 2011)”. Hal ini sejalan dengan prediksi astronom tadi bahwa Yesus lahir pada bulan Juni, di saat musim panen kurma.
Lalu jika kita kalkulasikan menggunakan kalkulator tanggal yang tersedia pada situs math.harvard.edu, maka didapati bahwa tanggal 17 Juni -1 (atau 17 Juni 2 SM) bertepatan dengan tanggal 16 Syawal -642 (16 Syawal 643 sebelum Hijriah).
Jika prediksi astronom tersebut tepat, maka Yesus atau Nabi Isa AS lahir pada bulan Syawal tahun 643 sebelum Hijriah. Wallahu’alam bishshawab. (dakwatuna.com/IKB)

PKS Silaturohmi ke Presiden Jokowi, Dalam rangka komonikasi politik kuatkan kebijakan pro rakyat

Jakarta. Pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melakukan silaturahim ke Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo sebagai bagian dari menjalin komunikasi politik PKS dengan berbagai elemen bangsa. Presiden PKS Sohibul Iman didampingi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Mardani Ali Sera, Bendahara Umum Mahfudz Abdurrahman, Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) Wirianingsih, dan Ketua Bidang Pekerja, Petani dan Nelayan (BPPN) Ledia Hanifah Amalia. Jajaran Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS bertemu Presiden Jokowi, Senin (21/12) di Istana Negara, Jakarta.
Menurut Sohibul Iman, rencana untuk bersilaturahim ke berbagai elemen politik merupakan program kepengurusan PKS periode 2015-2020 sebagai bagian dari upaya membangun suasana kondusif dalam politik dan kenegaraan.
“Jika parpol punya hubungan yang baik dengan berbagai elemen politik bangsa, maka banyak hal terkait kepentingan rakyat yang bisa diselesaikan dengan baik dengan mengutamakan kepentingan rakyat,” ujar Sohibul Iman, dalam siaran pers yang diterima dakwatuna.com, Senin (21/12/2015).
Silaturahim ini, lanjut Sohibul, tidak akan mengubah posisi PKS sebagai partai oposisi loyalis. PKS akan tetap bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat, dan mendukung program-program pemerintah yang dibuat untuk kebaikan bangsa.
Silaturahim ini juga tidak akan mengubah posisi PKS di Koalisi Merah Putih (KMP). “PKS tetap berada dan terikat dengan kesepakatan-kesepakatan yang ada di KMP,”tandas Sohibul.
Selain bersilaturahim, ujar Sohibul Iman, PKS juga menyampaikan pemikiran terkait dua hari besar yang diperingati secara nasional maupun internasional dalam waktu dekat ini. Kedua hari besar tersebut adalah Hari Buruh Migran Internasional dan Hari Ibu.
“Terkait pekerja migran, kami meminta Pak Jokowi dan kabinet dapat menekan tingkat pengabaian hak-hak pekerja migran. Sementara terkait Hari Ibu, PKS juga meminta pemerintah dapat terus meningkatkan perhatian pada upaya pengarusutamaan keluarga dan ketahanan keluarga,” ungkap pria kelahiran Tasikmalaya, 50 tahun lalu ini.
Terakhir, Sohibul Iman juga menyampaikan tentang rencana PKS menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) pada pertengahan bulan Januari 2016 mendatang, sebagai bagian dari konsolidasi kepengurusan baru PKS. (ab/IKB)

Jika Istri Anda Berkata Seperti Ini, Dialah Istri Terbaik



ilustrasi keluarga cinta © elhoda.net
Sang suami bukanlah orang kaya. Dia hanya memiliki dua kebun kurma. Satu kebun di dataran rendah, yang satunya terletak di dataran tinggi. Ketika kekasih sejatinya menyampaikan ajaran langit tentang keutamaan memberikan pinjaman di jalan Allah Ta’ala, sang suami ini langsung menyampaikan niatnya untuk menginfaqkan dua kebunnya itu.
Mendengar niat sahabatnya, sang kekasih jiwa menjawab, “Wahai sahabatku, jadikan satu kebun saja untuk Allah Ta’ala, dan satu kebun lagi sebagai sumber kehidupan untuk diri dan keluargamu.”
“Aku berjanji untuk menjadikan kebaikan dua kebun ini untuk Allah Ta’ala. Pagar kebun ini sepanjang enam ratus pohon kurma,” jawab sang sahabat.
“Baiklah,” jawab sang kekasih yang tak lain adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Allah Ta’ala akan membalasmu dengan surga.”
Sang suami pun berlalu menemui istri dan anak-anaknya yang tengah berada di salah satu kebun tersebut. Ia segera menyuruh mereka keluar dari kebun dan menyampaikan bahwa kebun tersebut telah diinfaqkan di jalan Allah Ta’ala.
“Semoga perniagaanmu,” jawab sang istri, “mendatangkan keuntungan. Semoga Allah Ta’ala memberkahi apa yang engkau belanjakan di jalan-Nya.”
Melihat peristiwa menakjubkan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun mengapresiasi keluarga tersebut dengan mengatakan, “Betapa banyak pohon kurma yang besar-besar di surga untuk Abu Dahdah.”
Inilah sekelumit kisah tentang keluarga Rabbani yang tumbuh dalam iklim dakwah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebuah keluarga yang tidak khawatir dengan dunia karena orientasi utamanya akhirat yang abadi.
Jika banyak istri di zaman kita yang bersikap sebaliknya, perkataan istri sahabat dalam kisah ini amatlah memesona. Inilah perkataan istri shalihah yang mendambakan surga. Inilah perkataan istri yang taat dan tidak ragu dengan langkah berani suaminya untuk Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Jika istri-istri Anda menyampaikan kalimat semakna ini, yakinlah bahwa dia merupakan istri terbaik. Ialah istri yang mencintai Allah Ta’ala, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan kelak bersama Anda di surga-Nya.
Bahagialah Abu Dahdah dan istrinya, Ummu Dahdah. Teladannya abadi, dikenang oleh kaum Muslimin hingga akhir zaman.
Wallahu a’lam. [Pirman/ IKB]

Wednesday, 16 December 2015

Alasan Indonesia Tak Gabung Aliansi Arab Saudi


Indonesia tidak ikut serta dalam koalisi 34 negara Islam yang ingin membentengi diri dari kelompok teroris. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Pandjaitan menjelaskan, koalisi yang digagas Arab Saudi tersebut berbasis militer.

Sementara Indonesia tak mengedepankan militer dalam penanganan persoalan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Kami belum ingin karena itu aliansi militer," ujar Luhut di Mabes TNI  Cilangkap, Jakarta, Rabu (16/12/2015).

Luhut menegaskan, sikap pemerintah dalam penanganan kelompok ISIS cukup menggunakan pendekatan agama dan budaya. Misalnya, menyosialisasikan Islam sebagai agama yang cinta damai dan penuh kasih sayang.


"Sikap pemerintah Indonesia kami ingin penanganan ISIS ini dengan soft approach. Yaitu tadi menyosialisasikan Islam yang ramah bukan yang brutal seperti yang dibawa ISIS," tutup dia.

Pada Selasa 15 Desember, Pemerintah Arab Saudi mengumumkan pembentukan koalisi 34 negara untuk melindungi Islam dari kelompok yang meneror pihak tidak berdosa.

Koalisi ini ditujukkan untuk melawan segala macam jenis kelompok teroris. Mesir, Qatar, Uni Emirat Arab, Turki, Malaysia, Pakistan dan beberapa negara teluk serta negara Afrika termasuk dalam koalisi ini.

Pihak Arab Saudi menyebutkan, negara-negara yang disebutkan memutuskan untuk bergabung dalam aliansi militer yang dipimpin Arab Saudi untuk melawan terorisme. Pusat operasi ditempatkan di Riyadh, untuk melakukan koordinasi dan mendukung operasi militer.

Tetapi Iran, tidak termasuk dalam koalisi bentukan Arab Saudi ini. Iran selama ini dikenal sebagai rival Arab Saudi. Keduanya saling berebut pengaruh di Timur Tengah.

Sementara menurut Kementerian Pertahanan Arab Saudi, koalisi ini tidak hanya mengkonfrontasi ISIS. Mereka akan melawan segala macam bentuk kelompok teroris. (metrotvnew.com/IKB)

PRESIDENG MENGUDANG PELAWAK SAAT DPR SIDANG KETUA DPR SETYA NOVANTO


Presiden Joko Widodo mengundang 15 pelawak tenar Tanah Air. Mereka membuat Jokowi terpingkal-pingkal. Padahal di tempat lain, di Senayan, para politikus tengah bersidang dengan agenda menjatuhkan vonis untuk Ketua DPR Setya Novanto.

Kelakar para pelawak menciptakan suasana cair di Istana. Tak ada ketegangan, meskipun sidang di gedung parlemen, langsung atau tidak langsung, berpengaruh terhadap eskalasi politik negara.

Para pelawak yang tampak di Istana adalah Butet Kertarajasa, Djaduk Ferianto, Slamet Rahardjo, Eddy Soepono (Parto Patrio), Andre Taulany, Entis Sutisna (Sule). dilansir dari Metrotvnew.com ( IKB)